Bandotan (Ageratum conyzoides)
Dinyatakan dalam berbagai sumber tulisan ilmiah bahwa spesies A. conyzoides atau bandotan dapat membantu mengobati luka sayatan melalui aktivitas anti-inflamasinya.
Bandotan merupakan tumbuhan herba tegak bercabang dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga 50 sampai 1500 mm. Tumbuhan ini memiliki batang berbentuk silindris yang berkayu seiring bertambahnya usia. Pada usia muda batangnya ditumbuhi bulu - bulu pendek berwarna putih.
Daun - daun pada tumbuhan ini tumbuh secara berlawanan dengan panjang kira - kira 20 hingga 100 mm dan lebar 5 hingga 50 mm. Masing - masing dari daunnya tumbuh pada tangkai daun berbulu yang memiliki panjang antara 5 hingga 75 mm. Daunnya yang berwarna hijau berbentuk telur bulat yang lebar dengan pangkal yang lancip dan tepi yang bergerigi. Daunnya mengeluarkan bau menyengat yang menyerupai bau kambing jantan ketika diremas.
Adapun perbungannya bercabang dengan terminal atau ketiak yang memiliki 4 sampai 18 kepala bunga yang tersusun dalam kelompok mencolok dengan bagian atas yang rata. Kepala bunganya berwarna biru muda, putih atau ungu yang terdapat pada tangkai bunga sepanjang 50 - 150 mm dan lebar 5mm.
Bandotan secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Ageratum conyzoides. Secara internasional dalam bahasa Inggis, tumbuhan ini populer dengan nama billy goat weed, blue flowered groundsel, blue top atau mother brinkley.
Di Indonesia selain dikenal dengan nama bandotan tumbuhan ini juga dikenal dengan nama berokan, dus-bedusan atau wedusan. Di Malaysia, tumbuhan ini populer dengan nama rumput pereh jarang, rumput sekedok atau tahi anjing. Di Filipina, tumbuhan ini dikenal dengan nama aspukpuk atau bahu - bahu sedangkan di India tumbuhan ini populer dengan nama gundhaubon atau mahakaua.
Nama genusnya Ageratum berasal dari bahasa Yunani “a” yang berarti bukan dan “geras” yang berarti usia tua. Nama ini mengacu pada bunganya yang dapat bertahan lama. Nama spesifiknya conyzoides merujuk pada kemiripan spesies dengan genus Conyza. Nama populernya secara internasional yang dikenal sebagai billy goat weed mengacu pada bau menyengat yang muncul dari tanaman ini yang menyerupai bau kambing jantan (J Vélez-Gavilán, 2022).
Bandotan dapat diklasifikasikan berdasarkan taksonomi seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah.
Kingdom |
Plantae |
Phylum |
Tracheophyta |
Class |
Magnoliopsida |
Order |
Asterales |
Family |
Asteraceae |
Genus |
Ageratum |
Species |
Ageratum
conyzoides |
Asal dari tumbuhan bandotan hingga kini belum benar - benar dapat dipastikan. Namun, kemungkinan besar tumbuhan ini berasal dari wilayah Amerika Selatan dan Tengah. Kini tumbuhan ini dapat dengan mudah ditemui di hampir seluruh dunia.
Spesies Ageratum conyzoides atau yang lebih dikenal dengan nama bandotan di Indonesia dianggap sebagai spesies dari genus Ageratum pertama yang dibudidayakan di Eropa yang ditemukan di Belgia sebelum tahun 1697. Catatan awal budidayana ada di Inggris pada sebelum tahun 1714 dan di Swedia pada tahun 1748. tumbuhan ini kemungkinan diperkenalkan ke Filipina setelah dibawa dengan kapal galleon yang berlayar dari Meksiko ke Manila (J Vélez-Gavilán, 2022).
Bandotan kini telah dianggap sebagai gulma invasif terutama pada lahan pertanian. Tumbuhan ini telah dinyatak sebagai gulma invasif di wilayah Asia khususnya Asia Tenggara, Afrika, Australia, Hawaii dan Amerika Serikat.
Walaupun kini telah dinyatakan sebagai tumbuhan invasif, bandotan tetap dapat dimanfaatkan sebagai spesies yang dapat digunakan sebagai bahan obat dalam berbagai pengobatan tradisional. Pemanfaatannya sebagai bahan obat dalam pengobatan tradisional juga telah ditegaskan melalui berbagai penelitian yang dilakukan secara ilmiah.
Dinyatakan dalam berbagai sumber tulisan ilmiah bahwa spesies A. conyzoides atau bandotan dapat membantu mengobati luka sayatan melalui aktivitas anti-inflamasinya. Hal ini terutama karena spesies ini mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid dan alkaloid yang mempunyai efek anti-inflamasi. Adapun kandungan - kandungan senyawa lainnya yang terdapat dalam spesies ini adalah flavonoid, alkaloid, tanin, polifenol, steroid dan triterpenoid, serta monoterpenoid dan terpenoid (Sutjiatmo et al., n.d.).
Di Afrika, tumbuhan ini telah lama menjadi salah satu bahan obat herbal dalam pengobatan tradisional yang diyakini dapat digunakan sebagai obat pencahar, obat penurun panas, anti maag dan pembalut luka (Diallo et al., 2014).
Selain digunakan sebagai bahan obat dalam berbagai pengobatan tradisional, bandotan juga digunakan sebagai pakan ternak sapi, kelinci percobaan, kuda dan kambing (J Vélez-Gavilán, 2022).
Meskipun telah banyak digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional, namun perlu untuk diketahui bahwa spesies A. conyzoides atau bandotan juga mengandung senyawa beracun berupa pyrrolizidine alkaloids (Bosi et al., 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diallo et al. (2014) ditemukan bahwa spesies A. conyzoides atau bandotan pada 500 dan 1000 mg/kg dapat menyebabkan gangguan hati, ginjal dan hematologis.
Referensi
ACIR Community. (2024). Usda.gov. https://acir.aphis.usda.gov/s/cird-taxon/a0ut0000000rBauAAE/ageratum-conyzoides
Bosi, C. F., Rosa, D. W., Grougnet, R., Nikolaos Lemonakis, Halabalaki, M., Alexios Leandros Skaltsounis, & Biavatti, M. W. (2013). Pyrrolizidine alkaloids in medicinal tea of Ageratum conyzoides. Revista Brasileira de Farmacognosia, 23(3), 425–432. https://doi.org/10.1590/s0102-695x2013005000028
Diallo, A., Kwashie Eklu-Gadegbeku, Koffi Amegbor, Amegnona Agbonon, Kodjo Aklikokou, Creppy, E., & Messanvi Gbeassor. (2014). In vivo and in vitro toxicological evaluation of the hydroalcoholic leaf extract of Ageratum conyzoides L. (Asteraceae). Journal of Ethnopharmacology, 155(2), 1214–1218. https://doi.org/10.1016/j.jep.2014.07.005
J Vélez-Gavilán. (2022). Ageratum conyzoides (billy goat weed). CABI Compendium. https://doi.org/10.1079/cabicompendium.3572
Sutjiatmo, A., Edriayani, N., Mulyasari, T., Hermanto, F., Fahrauk, M., Sukandar, E., Sari, H., Kusuma, W., Rizal, R., & Widowati, W. (n.d.). ARTICLE HISTORY Antioxidant and Antiaging Assays of Ageratum conyzoides (L.) Ethanolic Extract. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 7(3), 145–152. https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1061&context=psr
Comments ()