Industri dan Dampak Bekicot (Achatina fulica Bowdich 1822) sebagai Hama dan Terhadap Kesehatan Manusia
Menurut sebuah catatan jurnal ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2017 dikatakan bahwa bekicot merupakan vektor cacing paru-paru tikus Angiostrongylus cantonensis yang menyebabkan meningitis eosinofilik pada manusia.
Bekicot adalah siput darat pulmonal yang dapat ditemukan di berbagai belahan dunia terkecuali Antartika. Bekicot dapat tumbuh dengan panjang hingga mencapai 20 cm namun umumnya memiliki ukuran cangkang antara 5 sampai 10 cm.
Bekicot memiliki beberapa variasi warna namun pada umumnya hewan ini berwarna cokelat muda dengan garis cokelat dan krem. Sedangkan mantel pada tubuhnya berwarna cokelat tua dengan kulit yang kenyal.
Bukaan cangkangnya berbentuk bulat telur hingga bulan sabit bulat dengan bibir luar yang tajam dan tidak terpantul. Dua pasang tentakelnya terpasang di bagian kepalanya. Sepasang tentakel bawah pendek dan sepasang tentakel atas besar dengan mata bulat terletak di ujung.
Mulutnya memiliki mandible/rahang bawah yang bertanduk, dan radula berisi sekitar 142 baris gigi, dengan 129 gigi per baris. Telur bekicot berbentuk bulat hingga ellipsoidal dengan diameter antara 4,5 sampai 5,5 mm dan berwarna kuning hingga krem (Vogler and Beltramino, 2022).
Hewan ini berasal dari Afrika Timur dan telah menyebar ke berbagai belahan dunia melalui perkenalan. Bekicot kini telah tersebar ke semua benua kecuali Antartika. Madagaskar merupakan tempat introduksi atau perkenalan pertama di luar benua Afrika dari Kenya sebelum tahun 1800. Dari Madagaskar kemudian hewan ini diperkenalkan ke Mauritius lalu ke berbagai penjuru di dunia (Ayyagari and Sreerama, 2017).
Bekicot secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Achatina fulica atau Lissachatina fulica. Secara internasional dalam bahasa Inggris hewan ini dikenal dengan nama African giant snail.
Taksonomi
Kingdom |
Metazoa |
Phylum |
Mollusca |
Class |
Gastropoda |
Order |
Stylommatophora |
Family |
Achatinidae |
Genus |
Achatina |
Species |
Achatina fulica |
Kandungan Bekicot
Menurut Angga Dedy Saputro dalam laporan penelitiannya pada tahun 2022 dikatakan bahwa bekicot memiliki beberapa kandungan seperti mangan, magnesium, copper, iron dan fosfor. Selain itu bekicot juga rendah kalori dan mengandung protein yang cukup tinggi.
Dipercaya pula bahwa bekicot mengandung banyak asam amino dan kaya akan vitamin B kompleks, mineral, kalsium dan fosfor yang tinggi sehingga bekicot diyakini dapat menjadi bahan alternatif untuk pakan hewani (Asy'ari, 2022).
Bekicot sebagai Bahan Makanan dan Industri Komoditas Ekspor
Bekicot diketahui merupakan salah satu bahan santapan di Perancis untuk hidangan escargot. Adapun jenis bekicot yang dapat dijadikan escargot yaitu Helix pomatia dan Elona quimperiana. Berkat tingginya permintaan pasar akan hewan ini menjadikan banyak masyarakat lokal di Kediri yang memiliki usaha ternak bekicot untuk produksi ekspor. Sedangkan bekicot jenis A. fulica banyak digunakan sebagai bahan untuk sate bekicot di Kediri.
Olahan Tepung Bekicot sebagai Pakan
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Habbibul Asy’ari ditemui bahwa pemberian tepung bekicot tidak berpengaruh nyata pada broiler terhadap performans produksi, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan maupun konversi pakan.
Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rosalia dan rekan - rekan ditemukan bahwa bekicot yang telah diolah menjadi tepung dapat menjadi alternatif pengganti tepung ikan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan untuk ikan gabus hingga 25%. Adapun penggunaannya dapat dilakukan melalui rasio komposisi tepung ikan 75% dan tepung bekicot 25% untuk menghasilkan pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, rasio konversi pakan dan retensi protein.
Dampak Bekicot sebagai Hama dan Terhadap Kesehatan Manusia
Bekicot atau A. fulica adalah hama tanaman polifag yang tumbuh cepat dan telah diperkenalkan dari daerah asalnya di Afrika Timur ke banyak belahan dunia sebagai sumber makanan komersial (untuk manusia, ikan, dan ternak) dan hewan peliharaan baru. Bekicot dengan mudah melekat pada alat transportasi atau mesin pada tahap perkembangan apa pun, mampu mengalami aestivasi dalam kondisi yang lebih dingin sehingga mudah diangkut dalam jarak jauh. Setelah lolos, bekicot berhasil menempatkan dirinya dan berkembang biak secara luar biasa di daerah tropis dan beberapa lokasi beriklim sedang (Vogler and Beltramino, 2022). Hal inilah yang menjadikannya sebagai hama yang invasif hingga tercatat sebagai salah satu dari 100 spesies paling invasif yang ditemukan di dunia oleh The World Conservation Union, IUCN.
Bekicot merupakan hama yang berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia dan tanaman pertanian. Menurut Ayyagari dan Sreerama melalui jurnal ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2017 dikatakan bahwa bekicot merupakan vektor cacing paru-paru tikus Angiostrongylus cantonensis yang menyebabkan meningitis eosinofilik pada manusia, Angiostrongylus costaricensis yang menyebabkan angiostrongyliasis abdominal, dan cacing lainnya Angiostrongylus abstrusus, yang dampaknya belum diketahui.
Parasit cacing paru tikus Angiostrongylus costaricensis ditularkan ke manusia melalui memakan siput bekicot atau udang air tawar mentah yang tidak dimasak dengan benar. Oleh karena itu disarankan untuk mencuci tangan setelah memegang bekicot. Selain itu, bekicot juga dikatakan dapat bertindak sebagai inang parasit pada satwa liar dan hewan peliharaan, seperti yang dilaporkan di Brazil (Vogler and Beltramino, 2022).
Selain dapat menyebabkan kerusakan pada kesehatan manusia, Bekicot juga dikatakan merupakan pembawa beberapa patogen yang menyerang berbagai tanaman.
Referensi
Asy'ari, Muhammad. THE EFFECT of ADDITION of SNAIL (Achatina Fulica) FLOUR in COMMERCIAL FEED on FEED INTAKE, BODY WEIGHT GAIN, and FEED CONVERSION. repository.unair.ac.id/96114/2/2.%20%20ABSTRACT.pdf. Accessed 29 Sept. 2023.
Ayyagari, Vijaya Sai, and Krupanidhi Sreerama. “Evaluation of Haplotype Diversity of Achatina Fulica (Lissachatina) [Bowdich] From Indian Sub-continent by Means of 16S rDNA Sequence and Its Phylogenetic Relationships With Other Global Populations.” 3 Biotech, vol. 7, no. 4, Springer Science+Business Media, July 2017, https://doi.org/10.1007/s13205-017-0877-4.
Rosalia, Dewi, et al. Kajian Pemanfaatan Tepung Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Bahan Baku Pakan Benih Ikan Gabus Channa Striata (Bloch,1793). repository.lppm.unila.ac.id/5489/1/jurnal%20kajian%20pemanfaatan%20tepung%20%20%20bekicot%20sebagai%20bahan%20baku%20pakan%20buatan%20untuk%20benih%20ikan%20gabus.pdf. Accessed 29 Sept. 2023.
Saputro, Angga Dedy. “KLASIFIKASI CITRA BEKICOT MENGGUNAKAN CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK - Repository UMBY.” Mercubuana-Yogya.ac.id, 2022, http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/id/eprint/17106/1/ABSTRAK.pdf. Accessed 29 Sept. 2023.
Vogler, Roberto E., and Ariel A. Beltramino. “Achatina Fulica (Giant African Land Snail).” CABI Compendium, Jan. 2022, https://doi.org/10.1079/cabicompendium.2640. Accessed 29 Sept. 2023.
Comments ()