Identitas Penamaan
Kuya batok atau kura - kura Ambon secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Cuora amboinensis. Secara internasional dalam bahasa Inggris hewan ini dikenal dengan nama Amboina box turtle atau Southeast Asian box turtle.
Taksonomi
Kingdom | Animalia |
Phylum | Chordata |
Class | Reptilia |
Order | Testudines |
Family | Geoemydidae |
Genus | Cuora |
Species | Cuora amboinensis |
Sub Species | Cuora amboinensis amboinensis (Wallacean box turtle) Cuora amboinensis couro (West Indonesian box turtle) Cuora amboinensis kamaroma (Malayan box turtle or domed Malayan box turtle) Cuora amboinensis lineata (Burmese box turtle) |
Asal dan Penyebaran
Kuya batok atau kura - kura Ambon merupakan binatang reptil yang menyebar secara luas di wilayah negara - negara Asia Tenggara. Secara lebih lanjut kuya batok juga menyebar ke wilayah negara - negara lain di Asia seperti India bagian utara, Bangladesh, Burma, Thailand, Laos. Kamboja, Vietnam dan Filipina.
Karakteristik
Kuya batok adalah hewan reptil omnivora yang cenderung vegetarian. Ketika di daratan ia lebih memilih untuk memakan tumbuhan, buah, benih, jamur dan cacing. Ketika di dalam air ia memilih untuk memakan serangga dan siput. Kuya batok muda mengkonsumsi daging lebih banyak sementara kuya batok dewasa mengkonsumsi makanan yang cenderung herbivora.
Karakteristik Berdasarkan Taksonomi
Ada empat subspesies yang dibedakan berdasarkan perbedaan warna dan bentuk karapasnya (carapace, tempurung kura - kura bagian atas):
Cuora amboinensis amboinensis (kura - kura kotak Wallacea) – kepulauan Indonesia bagian timur: Pulau Ambon, Sulawesi, Maluku, Buru, Seram, dan Timor Timur, serta pulau-pulau kecil lainnya di wilayah tersebut.
Memiliki cangkang yang cukup rata dengan sisik pinggir yang melebar. Plastronnya (plastron, tempurung kura - kura bagian bawah termasuk ventral dan perut) memiliki bintik hitam yang lebih besar dan kepalanya juga nampak lebih besar. Sub spesies kuya batok ini beradaptasi dengan baik untuk gaya hidup akuatik.
Cuora amboinensis couro (kura - kura kotak Indonesia Barat) – pulau selatan Indonesia: Sumatra, Jawa, Bali dan Sumbawa.
Karapasnya agak berbentuk kubah, beberapa individu mempunyai sisik marginal yang melebar. Plastron menunjukkan tanda hitam pada setiap sisik plastral. Warnanya lebih gelap, bintik hitam lebih lonjong pada cangkang.
Cuora amboinensis kamaroma (kura - kura kotak Melayu atau kura - kura kotak Malaya berkubah) - Daratan Indochina (Vietnam Selatan dan Tengah, Laos selatan dan Kamboja), Thailand (Provinsi Phang Nga, dll.), Singapura dan Malaysia serta Kalimantan.
Karapasnya berkubah tinggi dengan cangkang lebih kecil dan memanjang dengan lebih sedikit bintik hitam serta memiliki ekor yang lebih kecil dan pendek dibandingkan dengan subspesies lainnya dan tidak memiliki sisik marginal yang melebar.
Cuora amboinensis lineata (kura - kura kotak Burma) – Myanmar.
Bentuknya menyerupai Cuora amboinensis kamaroma, namun pada karapas terdapat garis tengah punggung berwarna cerah, dan terkadang gurat sisi berwarna cerah. Sisik tempurung mempunyai bintik hitam besar yang mirip dengan Cuora amboinensis couro.
Habitat
Kuya batok lebih menyukai habitat air tawar dataran rendah dan dapat ditemukan baik di lanskap alami maupun lanskap buatan hasil modifikasi manusia. Binatang ini lebih menyukai perairan yang tenang atau mengalir lambat dengan dasar lunak seperti kolam, sungai, rawa, sawah, saluran irigasi dan saluran drainase. Kuya batok juga dikatakan cenderung semi akuatik dan lebih suka menghabiskan lebih banyak waktu di darat pada malam hari namun kuya batok berusia muda lebih akuatik dibandingkan yang berusia lebih dewasa.
Status Konservasi
Meskipun Cuora amboinensis atau kuya batok diklasifikasikan sebagai hewan rentan oleh IUCN, mereka mampu tumbuh subur di beberapa wilayah di dunia. Misalnya, mereka dapat ditemukan di saluran air hujan di Brunei di mana daerah tersebut sangat tercemar(GibbonWoot Partnership Limited, n.d.).
Di Indonesia spesies ini juga dianggap rentan, namun juga dapat dikatakan umum dan tersebar luas di bagian barat dan berlimpah di sebagian besar wilayah negara dengan lahan basah alami atau buatan manusia. Sejumlah besar dari spesies kuya batok juga dikatakan ditangkap untuk dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi lokal, sebagai komoditas hewan peliharaan yang diekspor ke Eropa dan Amerika Utara serta sebagai komoditas ekspor untuk bahan makanan dan pengobatan tradisional Cina (Schoppe & Das, 2011).