first published at:
updated at:
    Flora
    Setu Patok
    Jawa Barat
    Industri Rosella
    Khasiat Rosella
    Hibiscus sabdariffa
“Budidaya Rosella secara lebih lanjut di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) telah dimulai semenjak tahun 1920 dibawah program bersubsidi yang didirikan untuk memperoleh serat guna menbuat karung gula.” 

The Editors of Encyclopaedia Britannica dan Melissa Petruzzello

Identitas Penamaan

Rosella atau goni Jawa (Java jute) secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Hibiscus sabdariffa. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanaman ini populer dengan sebutan nama roselle

Selain roselle tanaman ini juga secara internasional dikenal dikenal dengan nama Jamaica sorrelredsorrelsorrelIndian sorell atau asam susar.

Nama genusnya Hibiscus berasal dari kata Yunani hibiskos yang digunakan oleh penyair Romawi Virgil untuk dikaitkan dengan tanaman marsh mallow. Nama spesiesnya sabdariffa merupakan nama genus di mana tempat spesies ini pernah ditempatkan. Sedangkan nama populernya "Roselle" kemungkinan merupakan versi tidak sempurna dari nama Perancis untuk tanaman ini, "Oseille de Guinée," yang berarti Guinea Sorrel (NParks | Hibiscus Sabdariffa, 2018).

Taksonomi

Kingdom

Plantae

Phylum

Tracheophyta

Class

Magnoliopsida

Order

Malvales

Family

Malvaceae

Genus

Hibiscus

Species

Hibiscus sabdariffa

Asal

Rosella kemungkinan besar berasal dari wilayah Afrika Barat dan Afrika Timur yang meliputi negara Republik Afrika Tengah, Chad, Kongo, Gabon, Ghana, Nigeria, Sudan dan Zaire (NParks | Hibiscus Sabdariffa, 2018). Termasuk ke dalam Hibiscus sabdariffa dengan varietas altissima yang dibudidayakan untuk serat dan Hibiscus sabdariffa dari varietas sabdariffa yang ditanam dan diolah sehingga bagian bunganya (calyx) dapat dikonsumsi. 

Tumbuhan ini diketahui tumbuh di Hindia Belanda semenjak abad ke-16 dan telah tumbuh di Asia setelah abad ke-17 masehi. Budidaya lebih lanjut di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) telah dimulai semenjak tahun 1920 dibawah program bersubsidi yang didirikan untuk memperoleh serat guna menbuat karung gula (The Editors of Encyclopaedia Britannica, 2023). Dari Hindia Belanda lah kemudian tanaman rosella telah banyak menyebar dan dinaturalisasikan ke berbagai negara di dunia.

Kini rosella telah banyak dibudidayakan di berbagai negara di Asia yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, Myanmar, China, Vietnam, Laos, Sri Lanka, Bangladesh dan India, di negara - negara benua Afrika seperti Mesir, Uganda, Tanzania, Senegal, Nigeria, Arab Saudi, Sudan, Kongo, Burundi, Ghana, Rwanda serta Australia dan beberapa negara di benua Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Brazil, Kuba, Meksiko dan Guatemala. 

Deskripsi Bentuk, Pertumbuhan dan Habitat

Meskipun merupakan tumbuhan yang kekal, rosella biasanya tumbuh secara tahunan dan berkembang dari benih. Tumbuh dengan sempurna dalam tanah lempung dengan drainase yang baik khususnya dalam iklum tropis dan membutuhkan rata – rata hujan sekitar 25 cm setiap bulannya selama musim tumbuh. Tumbuhan ini sangat sensitif terhadap embun.

Tangkai dan daunnya terdiri atas gradasi warna hijau tua hingga kemerahan. Bunganya berwarna putih krem atau kuning pucat. Untuk tanaman serat, benihnya ditaburkan secara berdekatan, menghasilkan tanaman setinggi 3 hingga 5 meter dengan sedikit percabangan. Batangnya dipotong ketika kuncupnya bermunculkan, telah mengalami proses retting, kemudian kulitnya dikupas atas dipukul-pukul untuk membebaskan seratnya. Di beberapa daerah, waktu retting dikurangi dengan hanya merawat kulit kayu dan serat yang menempel. Tanaman Rosela yang dibudidaya untuk tanaman pangan biasanya jaraknya lebih lebar, lebih pendek dan bercabang banyak, dengan kelopaknya dipetik ketika bentuknya gemuk dan berdaging.

Untaian seratnya dapat tumbuh hingga sepanjang 1 hingga 3 meter. Serat Rosella umumnya cukup kuat dan berkilau dengan warna antara krem ke putih keabu-abuan. Seringkali digunakan dengan kombinasi rami (jute) untuk tas benang dan kain.

rosella - Hibiscus sabdariffa - 6.jpg

Manfaat Rosella bagi Kesehatan

Pada banyak wilayah tropis, kelopak merah dari Hibiscus Sabdariffa dari varietas altissima banyak digunakan untuk bahan minuman, saus, jeli dan manisan. Dapat juga dimakan secara langsung karena rasanya mirip dengan buah kranberi. Daun dan batangnya dikonsumsi sebagai salad atau dimasak sebagai sayuran untuk membumbui kare. Pada wilayah tropis Afrika benihnya yang mengandung minyak juga turut dikonsumsi. Sedangkan dalam banyak pengobatan tradisional Rosella banyak digunakan sebagai tumbuhan obat herbal untuk berbagai penyakit.

Tanaman rosela tergolong tanaman cepat tumbuh dan sumber daya alam hayati terbarukan dengan pemanfaatan yang sering digunakan sebagai bahan  kombinasi rami (jute) untuk tas benang dan kain. Sifat mekanik yang terdapat pada rosella dikatakan sangatlah baik terutama bila diperkuat dengan komposit polimer melalui penggabungan dan hibridisasi komposit hibrida rosella (Ilyas et al., 2021).

Rosela telah terbukti secara ilmiah mengandung senyawa - senyawa yang dapat membantu proses penurunan kolesterol, anti obesitas, memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, membantu proses penurun resistensi insulin, antihipertensi, antipenuaan, memiliki aktivitas antinosiseptif, antidiare, aktivitas antiinflamasi, antiproliferatif, antikarsinogenik, dan sifat kemopreventif kanker kulit (Tahmina Sadia Jamini & Islam, 2021).

Daunnya yang terasa sangat berlendir dapat digunakan sebagai pelembab dan pereda batuk. Mirip dengan daunnya, buahnya juga memiliki khasiat antiscorbutic. Sedangkan bunganya mengandung antosianin, glikosida hibiscin, dan gossypetin (Ilyas et al., 2021). 

Selain dikonsumsi dalam bentuk makanan dan minuman rosella juga diolah kedalam bentuk bubur dan cairan. Rosella sebagai bahan yang diaplikasikan pada bagian luar tubuh dikatakan memiliki sifat anti-inflamasi dan pengelupasan kulit. Sehingga produk olahannya menjadi bahan baku penting untuk kosmetik organik dan alami (Allied Market Research, 2021).

Industri dan Budidaya Rosella

Rosella memiliki potensi sebagai bahan produk industri untuk berbagai pengunaan termasuk makanan, pakan ternak, bahan kosmetik dan obat - obatan. Menurut sebuah data yang dipublikasikan oleh Allied Market Research pada tahun 2021 dikatakan bahwa ukuran pasar rosela global bernilai $122,8 juta pada tahun 2020, dan diproyeksikan mencapai $252,6 juta pada tahun 2030. 

Pada tahun 2020, segmen rosella dalam bentuk bubuk menyumbang pangsa tertinggi di dunia dengan wilayah bagian Amerika Utara yang mendominasi sebagai pasar produk rosella. Amerika Utara saat ini merupakan salah satu pasar utama industri rosela karena meningkatnya permintaan produk rosela dalam produk obat-obatan.

Namun berdasarkan data laporan yang ditulis oleh Mazaud et al. (2004) dikatakan bahwa Jerman dan Amerika Serikat merupakan dua negara utama yang paling banyak mengimpor produk rosella.Tiongkok dan Thailand adalah produsen terbesar dan menguasai banyak produk rosella sebagai pasokan dunia. Thailand berinvestasi besar-besaran dalam produksi rosella dan produk tersebut dianggap berkualitas tinggi dengan kualitas yang lebih unggul. Sedangkan produk rosella dari China yang praktik kendali mutunya tidak terlalu ketat, memiliki kualitas yang lebih rendah namun dapat diandalkan dan bereputasi baik. Rosela terbaik dunia berasal dari Sudan meskipun jumlahnya sedikit dan pemrosesan yang buruk telah menghambat kualitasnya.

Di Indonesia sendiri rosella sebagai bahan makanan, minuman, obat dan produk kosmetik kini tidak begitu populer. Kemungkinan besar karena penggunaan awalnya sebagai bahan untuk pembuatan karung goni gula. Walaupun begitu para petani di daerah Cirebon cukup banyak yang menanam rosella dengan hasil panennya juga dapat ditemukan di warung - warung kecil yang menjual sayuran pada musim tertentu. 


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru