"Asosiasi Prof. Dr. Mayuree Tangkiatkumjai dari Fakultas Farmasi Universitas Srinakharinwirot menjelaskan bahwa 30 orang pasien COVID-19 di penjara masing – masing dinyatakan sembuh setelah meminum empat bubuk Sambiloto enkapsulasi 12 mg tiga kali sehari selama lima hari"Jangsook, 2021
Identitas Penamaan
Andrographic paniculata atau yang lebih dikenal sebagai Sambiloto di Indonesia memiliki nama lain sebagai Creat, Green Chiretta atau Fah Talai Jone.
Asal
Tumbuhan ini berasal dari wilayah Asia Selatan di negara - negara India Selatan dan Srilanka yang kemudian menyebar ke banyak wilayah lainnya di Asia termasuk wilayah Indonesia, Malaysia, Hongkong, Filipina dan Brunei Darussalam.
Pertumbuhan dan Deskripsi Bentuk
Sambiloto tumbuh sebagai tanaman herba tegak dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga 30–110 cm di tempat yang lembab dan teduh. Batangnya ramping berwarna hijau tua, persegi di penampang dengan alur memanjang dan sayap di sepanjang sudut. Daunnya berbentuk tombak memiliki bilah tidak berbulu berukuran panjang hingga 8 cm. Bunganya kecil berwarna merah muda, soliter, tersusun dalam gugusan atau malai yang menyebar longgar. Buahnya berbentuk kapsul dengan panjang sekitar 2 cm (Green Chiretta (Andrographis paniculata), 2022).
Sambiloto dikenal sebagai tanaman yang termasuk cepat untuk bereproduksi dengan lama tumbuh dari mulai penanaman hingga panen selama 2.5 hingga 4 bulan tergantung iklim. Tanaman ini dapat diperbanyak melalui biji atau setek di daerah dataran rendah hingga menengah dengan kisaran ketinggian mencapai 1 hingga 700 m dpl.
Selama masa pertumbuhan, tanaman Sambiloto membutuhkan banyak sinar matahari. Budidaya tanaman Sambiloto sebaiknya dilakukan pada kondisi naungan maksimal 30% untuk dapat menghasilkan mutu yang lebih baik. Sambiloto akan cepat berbunga jika ditanam pada saat iklim kering atau musim kemarau sedangkan pada saat musim hujan tanaman ini akan lambat berbungan dan cenderung lebih banyak menghasilkna pertumbuhan daun.
Ciri tanaman Sambiloto yang siap untuk dipanen yaitu ditandai dengan akan munculnya bunga atau sebelum bunga mekar. Budidaya Sambiloto tidak memerlukan lahan yang luas, pada lahan yang sempit atau di pekarangan rumah pun bisa dilakan dengan menanam di dalam pot (Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, 2022).
Khasiat dan Kegunaan
Sambiloto mengandung senyawa laktone yang terdiri dari deoksi andrografolid, andrografolid, flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan dammar. Adapun senyawa utama yang dihasilkan tanaman sambiloto adalah Andrografolid.
Senyawa Andrografolid bermanfaat dalam mengatasi berbagai penyakit antara lain terhadap sel kanker dan antitumor, antihepatoprotektif, antiinflamasi, antioksidan, antidiabetes (menurunkan gula darah), antimalaria, dan antimikrob (antibakteri, antifungi, dan antiviral).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Sambiloto merupakan alternatif dalam menyembuhkan infeksi bagian atas saluran pernafasan. Seperti diungkap Peneliti Balitbangtan Gusmaini, senyawa andrographolide terdapat di dalam bagian atas jaringan tanaman yaitu daun, batang, bunga, dan kandungan tertinggi terdapat pada daun (Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, 2022).
Sambiloto juga merupakan tanaman herbal medis yang telah banyak digunakan oleh masyarakat di Thailand secara tradisional semenjak jaman kuno untuk mengobati dan meredakan gejala flu biasa.
Di Thailand, salah satu penelitian yang dapat dikutip tentang efektivitas Andrographis paniculata adalah penelitian tentang penggunaannya pada pasien COVID-19 di Penjara Pusat Bangkok oleh Anek, Moongaomklang, M.D.
Asosiasi Prof. Dr. Mayuree Tangkiatkumjai dari Fakultas Farmasi Universitas Srinakharinwirot menjelaskan bahwa 30 orang pasien COVID-19 di penjara masing – masing dinyatakan sembuh setelah meminum empat bubuk Sambiloto enkapsulasi 12 mg tiga kali sehari selama lima hari (Jangsook, 2021). Ia juga merekomendasikan untuk hanya mengkonsumsi Sambiloto selama jangka waktu lima hari karena studi telah menunjukan bahwa konsumsi Sambiloto secara berlebih dapat meningkatkan kadar enzim tertentu yang dapat menyebabkan keracunan pada hati.