Identitas Penamaan
Super Napier Grass atau yang lebih dikenal dengan nama Pakchong di Indonesia merupakan hijauan pakan ternak ruminansia yang berasal dari daerah Pak Chong, Thailand. Rumput Pakchong adalah persilangan Rumput Pennisetum Purpureum (Rumput Gajah) dengan Pennisetum Glaucum yang dikembangkan oleh Prof. Krailas Kiyotong di daerah Pak Chong Thailand (Sariati).
Asal
Rumput Pakchong sebagaimana dengan namanya berasal dari daerah Pak Chong, Thailand. Menyebar ke berbagai daerah di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Pertumbuhan dan Deskripsi Bentuk
Super Napier Grass atau Pakchong merupakan varietas rumput unggul tanpa duri dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga 5 meter. Rumput ini dapat dipangkas sebanyak 7 sampai 8 kali setahun. Jika Pakchong dibudidayakan per hektar dalam sebuah lahan, sekitar 18 hingga 200 metrik ton rumput sukulen hijau dapat diperoleh setiap tahunnya (March et al.). Dengan membudidayakan rumput ini di lahan seluas satu hektar, dapat dengan mudah memenuhi permintaan rumput mentah untuk 20 hingga 22 ekor sapi sepanjang tahun.
Ciri khas lain dari rumput Pakchong adalah umur yang panjang dimana pertumbuhannya bisa mencapai usia 9 tahun dan bisa dipanen setiap 40 sampai 50 hari. Rumput ini hanya perlu disiram satu minggu sekali pada saat musim hujan (Sariati).
Manfaat dan Kegunaan
Rumput Pakchong memiliki kadar protein yang tinggi sebanyak 16,45 %, lebih tinggi dari rumput odot ( 11,6 % ) dan rumput Taiwan ( 13 % ). Dari perbandingan tersebut dapat dipastikan hewan ternak akan terpenuhi nutrisinya dan lekas gemuk saat proses pemeliharaannya. Bahkan kadar protein yang tinggi pada rumput pakchong juga sangat penting bagi hewan ternak terutama bagi sapi perah untuk menghasilkan susu yang lebih banyak.
Rumput Pakchong dapat tumbuh hingga mencapai 5 meter. Daun dan batangnya tidak ditumbuhi bulu sehingga sangat disukai oleh hewan ternak. Ini karena daun yang ditumbuhi bulu halus biasanya membuat gatal ketika dimakan. Produktivitas Rumput Pakchong paling tinggi diantara rumput yang dikenal para peternak selama ini yaitu bisa mencapai 1.500 ton/ha/tahun, sedangkan rumput odot hanya mampu berproduksi 350 ton/ ha /tahun dan rumput Taiwan sekitar 400 ton/ha/tahun (Sariati).