first published at:
updated at:
    Flora
    Papua
    Setu Patok

Identitas Penamaan

Hanjuang atau andong secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Cordyline fruticosa dan disinonimkan sebagai Cordyline terminalis. 

Secara internasional dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal dengan nama ti plantbongbushcabbage palpalm lily atau ti palm. Di Inggris tanaman ini lebih populer dengan nama good luck plant atau tree of kings.  

Kata Cordell pada nama genusnya berasal dari bahasa Yunani dengan arti yang mengacu pada batang dan akar bawah tanahnya yang membesar (Cordyline Fruticosa – NBATAT, 2023).

Spesies ini dinamai oleh Linnaeus sebagai Convallaria fruticosa pada tahun 1754, sebagai Asparagus fruticosa pada tahun 1767 dan juga sebagai Dracaena terminalis pada tahun 1767. Dinamakan Cordyline ti oleh Schott pada tahun 1828 dan terakhir sebagai Cordylinefruticosa oleh Chevalier pada tahun 1919. Banyak sinonim lain yang telah diterapkan pada spesies ini dalam genera Cordyline, Dracaena dan Taetsia. Namun masih sering disebut sebagai C. terminalis (L.) Kunth, meskipun Daftar Tumbuhan (Plant List) menunjukkan bahwa nama ini sebenarnya tidak valid (Simpson, 2022).

Taksonomi

Domain

Eukaryota

Kingdom

Plantae

Phylum

Spermatophyta

Class

Monocotyledonae

Order

Liliales

Family

Agavaceae

Genus

Cordyline

Species

Cordyline fruticosa

Asal

Masih belum dapat dipastikan dari mana tumbuhan ini berasal. Namun kemungkinan hanjuang berasal dari wilayah Asia Tenggara yang kemudian didomestikasikan di Papua Nugini. Hanjuang diduga dibawa oleh orang Polinesia awal yang melalukan migrasi dari barat (kemungkian Taiwan) ke timur untuk digunakan sebagai makanan, pakaian serta untuk tujuan keagamaan (Borland, n.d.). 

Jejak orang Polinesia sendiri dapat ditelusuri melalui orang - orang Austronesia yang berasal dari Asia Tenggara pada sekitar 60.000 - 40.000 tahun yang lalu dengan gelombang pertama orang yang bermigrasi ke wilayah Sahul. Kemudian salah satu cabang dari bangsa Austronesia bermigrasi ke dekat Oceania pada sekitar 1500 SM hingga pada 1200 SM mulai bermigrasi ke timur. 

Bangsa Maori kemudian membawanya ke Selandia Baru pada abad ke-13, termasuk ke Kepulauan Kermadec di mana ia bertahan hingga saat ini. Di Selandia Baru tanaman ini dikatakan hampir punah, dengan hanya satu lokasi dari dua tanaman yang baru ditemukan setelah selama satu abad tidak ada catatan. Setelah pemukiman Eropa di seluruh dunia, tanaman ini dibawa ke tempat yang hangat dan basah sebagai tanaman rumah atau lanskap berwarna - warni (Simpson, 2022).

hanjuang - Cordyline fruticosa - 2.jpg

Deskripsi Bentuk

Hanjuang adalah tanaman semak atau pohon kecil yang dapat tumbuh tinggi hingga setinggi 4,6 m dengan batang halus berwarna abu - abu muda yang memiliki diameter hingga 7,5 cm. 

Daun - daunnya tumbuh padat dalam posisi berseling dan berbentuk spiral pada ujunya batangnya yang tegak dan tanpa bulu. Bilah - bilah daunnya berbentuk lonjong yang sempit dengan panjang 18 sampai 45 cm dan lebar 5 sampai 10 cm.  Ujung daunnya runcing dan tidak bergerigi dengan permukaan yang mengkilat. Tangkai daunnya berwarna kehijauan beralur kokok dengan panjang 5 - 10 cm dan tidak berbulu.  

Tandan bunga hanjuang cukup besar yang muncul di tengah gugusan daunnya dengan panjang sekitar 30 sampai 38 cm. Bentuknya melengkung dan bercabang. 

Buah pada tanaman hanjung jarang sekali terbentuk. Memiliki diameter sekitar 6 mm dengan warna kuning yang berubah menjadi merah cerah. Buahnya memiliki sedikit biji yang berwarna hitam mengkilat. 

 

Habitat

Meskipun pada dasarnya merupakan tanaman hutan, tanaman hanjuang lebih menyukai area terbuka karena memerlukan pencahayaan yang tinggi. Oleh karena itu, tanaman ini umumnya tumbuh di lokasi yang terganggu oleh manusia. Hanjuang dari permukaan laut (lahan basah) hingga 1200 m, dan mungkin lebih tinggi pada kisaran alaminya  (Simpson, 2022).

Manfaat Hanjuang bagi Kesehatan dan Kegunaan Lainnya

Tanaman hanjuan dikatakan memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan, dapat dikonsumsi dan merupakan tanaman yang digunakan dalam aktivitas spiritual di beberapa negara.

Daunnya dapat dijadikan sebagai bahan makanan, untuk membungkus makanan, untuk membuat pakaian terutama kostum tradisional tarian, serta sebagai bahan pembuatan tikar. Rimpangnya yang merupakan sumber karbohidrat (Simpson, 2022) dapat dimakan dan bermanfaat untuk membuat gula (Borland, n.d.).  

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bogoriani et al. (2021) ditemukan bahwa ekstrak dari daun hanjuang mengandung kandungan senyawa saponin, polifenol, flavonoid, steroid, triterpenoid, pitosterol, asam amino dan alkaloid. Sehingga dapat dikatakan secara lebih lanjut bahwa ekstrak tanaman hanjuang memiliki aktivitas antioksidan dan antibakterial serta memiliki berpotensi dalam menanggulangi penyakit infeksi yang disebabkan oleh perubahan iklim seperti demam berdarah dan diare.

Di Tahiti tanaman hanjuang merupakan tanaman yang termasuk sakral dan sangat spiritual. Tanaman ini ditanam pada empat penjuru properti dan sepanjang jalan untuk menghalau roh mengikuti manusia. Perlindungan dan kesuksesan adalah makna yang terkandung secara mendasar dalam tanaman ini. Hanjuang juga digunakan untuk berjalan di atas api pada sebuah upacara dan pendeta menggunannya untuk pembersihan spiritual (Borland, n.d.). Tidak hanya sampai disitu tanaman hanjuang juga sangat dihormati secara spiritual dan sangat umum untuk dapat ditemukan di area pemakaman (Simpson, 2022). 


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru