first published at:
updated at:
    Flora
    Setu Patok
    Jawa Barat

Identitas Penamaan

Kersen atau ceri secara ilmiah dikenal dengan nama Muntingia calabura. Nama Latin dari tanaman ini berasal dari nama seorang ahli botani asal Belanda yang bernama Abraham Munting (1626 - 1683). Pertama kali dideskripsikan sebagai Muntingia calabura di Jamaica oleh Linnaeus pada tahun 1753, penamaannya merupakan penghormatan atas jasa - jasa Abraham Munting dalam bidang botani (Areces-Berazain).

Kersen secara populer dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Jamaican cherry, cotton candy berry atau Panama berry. Sedangkan di Spanyol tumbuhan ini dikenal dengan nama capuli atau cereza, calabura di Brazil, bird cherry di Australia, buah ceri di Singapura dan kerukup siam di Malaysia.

Taksonomi

Kingdom

Plantae

Phylum

Tracheophyta

Class

Magnoliopsida

Order

Malvales

Family

Muntingiaceae

Genus

Muntingia

Species

Muntingia calabura

Asal

Kersen berasal dari wilayah Amerika Selatan terutama di negara - daerah dengan derah beriklim tropis seperti Meksiko bagian Selatan, Belize, Kosta Rika, Elsalvador, Guatemala dan Peru. 

Pertama kali ditanam di Ceylon sekitar tahun 1912. Beberapa pohon kersen juga diperkenalkan ke Hawaii oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1922 (Morton).

Sebuah laporan menyebutkan bahwa tumbuhan ini dibawa dari Meksiko ke Filipina pada akhir abad ke-19 masehi dan kemudian ke Thailand, sebelum datang ke Semenanjung Malaysia dan selanjutnya Singapura pada tahun 1895 kemudian Indonesia(Areces-Berazain). Kelelawar dan merpati hijau dianggap sebagai penyebab utama keberadaan kersen di tanah kosong di pulau Kalimantan.

Pendistribusiannya di negara - negara wilayah Asia Tenggara dengan pertumbuhan dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan baik membuat tumbuhan ini populer dan mudah ditemui di Asia Tenggara sehingga banyak orang yang mengira bahwa tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli dari wilayah Asia Tenggara.  

Deskripsi Bentuk

Kersen merupakan pohon kecil evergreen (selalu hijau) yang dapat tumbuh dengan cepat. Tingginya mampu mencapai hingga 8 hingga 13 meter dengan sebaran distribusi di daerah dataran rendah beriklim tropis lembab. 

Pohonnya dapat tumbuh dengan bebas dan beregenererasi dengan cepat di sebagian tanah, termasuk tanah alkalin dan salin. Dapat metolerir kekeringan, keteduhan dan gulma hingga tumbuh subur di tanah. Umur maksimum pohon kersen diperkirakan dapat mencapai hingga sekitar 30 tahun. Secara garis besar pohonnya cukup rindang sehingga dapat digunakan sebagai peneduh bagi hewan ternak. 

Batangnya berwarna cokelat dengan garis - garis putih dengan permukaan yang kasar. Sedangkan daunnya berbentuk lonjong elips dan runcing serta berwarna hijau dengan tepi yang bergerigi.

Buahnya berukuran kecil dengan diameter sekitar 0,7 hingga 1,3 cm berisi biji - biji yang terkubur di dalam daging dengan tekstur yang lembut. Berwarna hijau ketika belum matang dan berwarna merah ketika matang terasa manis. Selain biasa dimakan oleh manusia, buahnya juga kerap dimakan oleh burung dan satwa liar lainnya. 

Buah-buahannya dijual di pasar Meksiko. Di Brasil, mereka dianggap terlalu kecil untuk menjadi nilai komersial tetapi disarankan agar pohon itu ditanam di tepi sungai agar bunga dan buah yang melimpah jatuh ke air dapat berfungsi sebagai umpan, menarik ikan untuk kepentingan nelayan (Morton). 

seri - kersen - 2.jpg

Kersen sebagai Tumbuhan yang Invasif

Popularitas kersen dikatakan menurun karena sifat invasifnya yang agresif. Adapun hal tersebut terjadi karena pertumbuhannya yang cepat dan relatif bebas di banyak kondisi tanah terutama melalui penyebaran yang dilakukan oleh burung dan kelewar melalui benih yang kemudian berkecambah (Areces-Berazain). Burung dan kelelawar yang memakan buah - buahnya juga turut mengotori lingkungan sekitar. 

Di Malaya, pohon itu dianggap sebagai pengganggu di pekarangan rumah karena kelelawar buah memakan buahnya dan kemudian menghabiskan hari di bawah atap rumah dan merusak beranda dan teras dengan kotorannya yang berwarna merah muda dan berbiji.

Manfaat Kersen bagi Kesehatan

Daun kersen dikatakan mengandung  flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, triterpenoid, glikosida, antrakinon, fenol, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, besi, karoten, tianin, ribofalin, niacin, dan kandungan vitamin C. Secara tradisional dan melaui pengetahuan terhadap kandungan yang terdapat pada daun pohonnya, kersen banyak digunakan sebagai obat untuk penurun panas, obat asam urat, obat batuk, obat untuk menurunkan kadar gula darah atau diabetes dan sebagai antiseptik alami.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa daun pohon kersen dapat membantu untuk penyakit diabetes. Diantaranya yang dilakukan oleh Herawati di Universitas Sahid Surakarta melalui jurnal yang dipublikasikan pada tahun 2021 dengan metode perebusan daun kersen dan penelitian yang dilakukan oleh Nur Khaleeda Zulaikha Zolkeflee di Universiti Putra Malaysia yang dipublikasikan pada tahun 2022 dengan metode ekstraksi hasil pengeringan. Hasilnya telah menetapkan langkah awal menuju pengembangan ekstrak daun kersen atau M. calabura sebagai sumber potensial senyawa bioaktif untuk pengobatan diabetes.

Sementaranya itu secara tradisional bunganya digunakan sebagai antiseptik dan untuk mengobati kram perut dan kejang. Juga digunakan untuk meredakan sakit kepala, gejala flu dan masuk angin. Farmakologi melalui uji coba kandungan senyawa yang terdapat pada buah kersen juga turut mendukung pengobatan tradisional dalam penggunaannya terhadap pengendalian nyeri, penyakit peradangan serta sebagai agen antioksidan (Preethi et al.).


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru