first published at:
updated at:
    Flora
    Setu Patok
    Ketumbar Bolivia
    Papalo
    Pewarna Alami
    Porophyllum ruderale

Identitas Penamaan

Ketumbar Bolivia atau yang dikenal pula dengan nama yerba porosa secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Porophyllum ruderale. Secara internasional dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini populer dengan nama Bolivian coriander. Di kawasan Amerika Latin tumbuhan ini dikenal dengan nama papalo atau papalo quelite

Taksonomi

Kingdom

Plantae

Phylum

Streptophyta

Class

Equisetopsida

Order

Asterales

Family

Asteraceae

Genus

Porophyllum

Species

Porophyllum ruderale

ketumbar bolivia - Porophyllum ruderale - 1.jpg

Asal

Ketumbar Bolivia diyakini berasal dari wilayah tropis dan sub tropis Amerika yang meliputi Arizona dan Texas di Amerika Serikat bagian selatan serta di sebagian besar wilayah Amerika Selatan yang meliputi Meksiko, Brazil, Argentina, Bahamas, Bolivia, Chile, Kolombia, Kosta Rika, Republik Dominika, Honduras, Haiti, Jamaika, Suriname dan Guatemala. Tumbuhan ini kemudian banyak disebarkan di wilayah China tenggara, Pantai Gading, Papua Nugini, Australia bagian Queensland serta Jawa dan Nusa Tenggara di Indonesia (Porophyllum Ruderale (Jacq.) Cass. | Plants of the World Online | Kew Science, 2021).  

Deskripsi Bentuk 

Ketumbar Bolivia merupakan tumbuhan tahuan tegak dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga 15 sampai 150 cm. Batang pada tumbuhan ini umumnya berwarna hijau kebiruan.

Daun - daun pada tumbuhan ini tumbuh secara bersebrangan atau tersusun secara bergantian dengan bentuk bulat telur hingga elips dengan tepi yang bergerigi. Daunnya dapat mengeluarkan aroma harum jika diremas.

Bunga pada tumbuhan ini muncul pada bagian kepala terminalnya dengan kuntum cakram berwarna keunguan. Adapun bracts yang mengelilingi kepala bunganya berbentuk linier sempit.

ketumbar bolivia - Porophyllum ruderale - 2.jpg

Habitat dan Sifat Invasif

Ketumbar Bolivia umumnya tumbuh subur di daerah - daerah berbatu kering dan tempat - tempat terganggu. Tumbuhan ini telah dinyatakan sebagai spesies invasif dan gulma terhadap sistem pertanian terbuka (Porophyllum Ruderale | Plant Pono, 2020). Kapasistas pertaniannya yang tinggi serta kemampuan biologis intrisiknya memungkinkannya dengan cepat bertahan ketika masuk ke dalam sebuah lingkungan. Pengelolaan efektif terhadap sifat invasifnya dapat dilakukan dengan cara pemusnahan sebelum tahap pembungaan (Bolivian Coriander, 2022). 

Kegunaan Lain dan Manfaat Ketumbar Bolivia bagi Kesehatan

Walaupun telah dinyatakan sebagai gulma yang invasif, ketumbar Bolivia tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai bahan pengobatan dan bahan makanan dan pewarna alami. 

Di kawasan Amerika Tengah dan Selatan, ketumbar Bolivia atau yang juga dikenal dengan nama Papalo di daerah tersebut merupakan ramuan rempah kuno yang secara eksklusif digunakan dalam keadaan segar untuk membubui daging panggang, kacang - kacangan dan tortila melalui daun dan batangnya (Bolivian Coriander / Pápalo (Porophyllum Ruderale Ssp. Macrocephalum) Seeds, 2017). 

Spesies Porophyllum ruderale atau ketumbar Bolivia juga telah digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat yang dapat mengeluarkan keringat dan sebagai obat penenang. Minyak atsiri yang terkandung dalam tumbuhan ini pula dikatakan dapat digunakan sebagai pestisida (Conde-Hernández et al., 2017). 

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Setyaningrum (2017) yang dilakukan terhadap tumbuhan ketumbar Bolivia yang terdapat di wilayah Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta telah berhasil menemukan bahwa spesies tumbuhan ini diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus melalui fraksi etil asetat P. ruderale dan fraksi metanol.

Di sisi lain pemanfaatan yang dilakukan dari tumbuhan ini juga telah dilakukan oleh masyarakat Papua di kaki Cagar Alam Pegunungan Cycloop melalui binaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA). Pemanfaatan tersebut dilakukan dengan cara pengembangan potensi ketumbar Bolivia sebagai pewarna alami dalam metode ecoprint. Jejak warna yang didapat dari tumbuhan ini dikatakan cukup kuat dalam penerapanya pada kain (Datin KSDAE, 2021). 


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru