Identitas Penamaan
Rambusa secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Passiflora foetida. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal dengan nama passionflower atau love-in-a-mist.
Rambusa memiliki banyak nama lain di Indonesia sesuai bahasa daerah di mana ia berada. Di daerah Jawa Tengah dalam bahasa Jawa tumbuhan ini dikenal sebagai ceplukan blungsun, permot atau kaceprek di wilayah Jawa Barat dalam bahasa Sunda, Cemot di wilayah Kalimantan Tengah dan kambuik kambuik di wilayah Padang Sumatera Barat dalam bahasa Padang.
Pada abad ke-15 masehi tumbuhan ini mulai dinamakan sebagai passionflower. Nama genusnya Passiflora mengacu pada kaitannya terhadap bagian-bagian bunganya yang terpisah seperti gairah Kristus (passion of Christ) (Red Fruit Passion Flower) | CABI Compendium, n.d.). Tanaman ini memiliki akar berkayu dengan batang padat dan sulur, serta daun yang memuat bulu-bulu khas di seluruh tanaman yang mengeluarkan bahan kimia yang berbau dan dengan demikian spesiesnya dinamakan bunga gairah yang bau (stinking passion flower) atau foetida (Patil et al., 2015).
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
Phylum | Tracheophyta |
Class | Magnoliopsida |
Order | Malpighiales |
Family | Passifloraceae |
Genus | Passiflora |
Species | Passiflora foetida |
Asal
Rambusa awalnya banyak tumbuh di wilayah Amerika Selatan, Karibia serta pada wilayah selatan Amerika Serikat yang meliputi bagian Texas dan Arizona. Sumber lain mengatakan bahwa tumbuhan ini ditemukan di dalam hutan hujan Amazon dan pegunungan di sepanjang pantai (NParks | Passiflora Foetida, n.d.). Kemudian tanaman ini didistribusikan ke berbagai wilayah tropis di dunia seperti di Asia Tenggara, Asia Selatan, Hawaii, Afrika dan Maldives.
Kini ada sekitar 600 spesies tanaman rambusa yang dilaporkan berada di beberapa tempat di Asia. Termasuk India, Thailand, Myanmar, Indonesia, Singapura (Patil et al., 2015).
Deskripsi Bentuk dan Pertumbuhan
Rambusa merupakan tanaman evergreen atau hijau abadi merambat yang dapat tumbut hingga 1,6 sampai 6 meter. Daun - daunnya berukuran cukup bear dengan rambut yang biasanya memiliki tiga lobus dengan lobus berbentuk bulat telur hingga bersudut. Daun - daun tersebut tersusun secara spiral dengan satu daun pada setiap simpulnya. Daunnya yang hancur menghasilkan bau yang tidak sedap dan bersifat sianogenik (menghasilkan sianida) serta beracun (NParks | Passiflora Foetida, n.d.).
Batang - batangnya berbentuk bulat dan berambut yang juga dapat menghasilkan bau yang tidak sedap. Bunganya yang berwarna putih memiliki aroma mint serta ditandai dengan cincin garis - garis ungu yang berorientasi radial.
Buah - buahnya berwarna merah atau oranye dengan bentuk ellips, berdaging dan memiliki biji kecil yang berwarna hitam. Buah-buahnya pula dikelilingi oleh bracts yang berbentuk seperti jarum. Meskipun buah mudanya beracun dan bersifat sianogenik, namun ketika matang dapat dimakan dan rasanya manis seperti buah Passiflora edulis.
Rambusa sebagai Gulma
Rambusa merupakan tanaman gulma yang seringkali hidup di pinggiran sawah di Indonesia. Rambusa dinyatakan sebagai gulma terhadap 20 jenis tumbuhan di 49 negara. Telah dinyatakan pula sebagai gulma terhadap ladang jagung dan karet di Malaysia dan Indonesia, tebu di Thailand serta ladang kelapa sawit di Indonesia (Red Fruit Passion Flower) | CABI Compendium, n.d.).
Manfaat Rambusa bagi Kesehatan
Buah rambusa dapat dimakan ketika matang. Di Suriname dan Jawa, daun mudanya dimasak dan dikonsumsi sebagai sayuran. Di Filipina dan Papua Nugini, tanaman ini ditanam sebagai penutup tanah di lahan tanaman untuk mengurangi erosi dan mencegah penyebaran rumput liar, seperti Imperata cylindrica (NParks | Passiflora Foetida, n.d.).
Rambusa banyak digunakan dalam pengobatan tradisional dengan produk herbal yang diterima di India, Amerika, Perancis, Brazil, Vietnam dan negara - negara di Eropa. Di India, tanaman ini digunakan untuk pembuatan lotion yang digunakan untuk penyakit kulit dan untuk masalah pencernaan. Di Vietnam, daunnya digunakan sebagai teh untuk menghilangkan gangguan tidur dan saraf (Patil et al., 2015). Sedangkan di Kalimantan Tengah daun rambusa digunakan secara tradisional untuk mengurangi kadar kolesterol pada darah (Mulyani, 2019).
Daun rambusa juga dikatakan mempunyai khasiat sebagai antioksidan, antidiabetes dan antikolesterol (Sari & Ismi Puspitasari, 2021). Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Prof Dr Poedji Hastutiek drh MSi seorang guru besar Universitas Airlangga juga berhasil menemukan potensi besar daun rambusa yang dapat membantu mengobati penyakit scabies terhadap hewan. Hasil penemuan tersebut didapat setelah temuan bahwa ekstrak daun rambusa mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Ketiga senyawa tersebut dapat membunuh tungau serta dapat mempengaruhi penyembuhan kulit yang bekerja dengan merangsang pembentukan sel-sel baru (Universitas Airlangga, 2023).