first published at:
updated at:
    Flora
    Setu Patok

Identitas Penamaan

Tumbuhan sintrong secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore. Secara populer dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal dengan nama redflower ragleaf atau thickhead. Adapun di Indonesia nama lainnya yaitu jukut jamalok, jewor atau sintrong. 

Di China tumbuhan ini dikenal dengan nama ye tong haobenibanaborogiku di Jepang, bulak manok di Filipina dan phat pet maeo di Thailand. 

Taksonomi

Domain

Eukaryota

Kingdom

Plantae

Phylum

Spermatophyta

Class

Dicotyledonae

Order

Asterales

Family

Asteraceae

Genus

Crassocephalum

Species

Crassocephalum crepidioides

Asal

Sintrong berasal dari wilayah tropis, bagian Utara Afrika dan Madagaskar yang kemudian banyak menyebar ke negara - negara di Asia Timur yang meliputi China, Tibet, Korea dan Jepang, Asia Selatan yang meliputi India, Nepal dan Sri Lanka dan Asia Tenggara yang meliputi Indonesia, Filipina, Thailand, Laos, Myanmar, Malaysia dan Vietnam (Crassocephalum Crepidioides (Benth.) S.Moore | Plants of the World Online | Kew Science, 2014). 

Deskripsi Bentuk

Sintrong merupakan tumbuhan herba tahunan aromatik yang tumbuh tegak dan bercabang sedikit dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga 40 sampai 100 cm. Tumbuhan ini juga dikatakan hanya tumbuh pada satu musim saja. 

Batangnya yang lembut dan kokoh berusuk berbentuk bulat pada bagian penampangnya dan mengeluarkan cairan yang encer bila dipotong. Bagian apikalnya ditutupi bulu pendek yang tebal sedangkan bagian bawahnya gundul.  

Daunnya tersusun secara bergantian di sepanjang batangnya dengan bentuk yang bervariasi. Daun bagian atasnya cenderung lebih kecil dan umumnya berbentuk elips sedangkan daun pada bagian bawahnya lebih besar dan memiliki dua lobus di pangkalnya. Namun semua daun dari tumbuhan ini memiliki tepi yang bergerigi. 

Kepala bunganya pada bagian terminal berbentuk silindris dengan ukuran panjang 13 - 16 mm dan lebar 5 - 6 mm. Berbunga banyak dan homogami yang merunduk ketika bunga mekar. Bunganya merupakan biseksual dengan mahkota kuning yang berbentuk tabung yang ramping dan berukuran panjang 9 sampai 11 mm.  

Benih tanaman ini biasanya tersebar melalui angin atau udara dan dapat ditemukan beberapa meter dari tempat tanaman induk berada pada musim sebelumnya (Factsheet - Crassocephalum Crepidioides, 2023).

sintrong - Crassocephalum crepidioides - 2.jpg

Habitat

Sintrong umumnya menyerang daerah gundul namun menghilang pada saat teduh. Tumbuhan ini juga tercatat tumbuh di lahan subur, ditepi sungai dan pinggir jalan serta sebagai gulma yang menyerang perkebunan teh dan chinchoma khususnya di daerah basah dan di sawah dataran tinggi. Dapat pula terlihat pada lahan budidaya berpindah yang baru dibuka atau yang sudah ada, lahan limbah, kebun buah - buahan, perkebunan kopi dan padang rumput yang baru ditanami (Rojas‐Sandoval & Acevedo‐Rodríguez, 2022). 

Sintrong sebagai Gulma

Tumbuhan sintrong telah tercatat sebagai gulma pada perkebunan teh di Indonesia. Di Sri Lanka tumbuhan ini merupakan gulma biasa yang menyebar pada perkebunan the di dataran tinggi.  

Kemiripan dengan Spesies  Erechtites valerianifolia

Tumbuhan sintrong seringkali disalahartikan dengan tumbuhan Erechtites valerianifolia atau Brazilian fireweed. Walaupun begitu kedua spesies tersebut sebenarnya memiliki perbedaan yang mudah untuk dilihat. 

Sintrong atau Crassocephalum crepidioides memiliki tunas dan bunga yang relatif lebih sedikit dibandingkan tumbuhan spesies Erechtites valerianifolia. Tumbuhan spesies Erechtites valerianifolia juga dikatakan memiliki batang berusuk yang menonjol dan bunganya berwarna ungu muda (Factsheet - Crassocephalum Crepidioides, 2023). 

Manfaat Sintrong bagi Kesehatan dan Kegunaan Lainnya

Sintrong telah menjadi salah satu bahan makanan di banyak negara di Afrika. Di Afrika Barat dan Tengah daun dan batang sukulennya dikonsumsi sebagai sayuran dalam sup dan semur. Di Sierra Leone daunnya cukup populer hingga diolah menjadi saus dengan pasta kacang tanah. Di Australia spesies ini dikonsumsi sebagai salad hijau dalam bentuk mentah atau setelah dimasak (Rojas‐Sandoval & Acevedo‐Rodríguez, 2022). 

Sintrong pada banyak negara juga merupakan bahan sayuran yang banyak diperjualbelikan secara komersil. Sebagai bahan konsumsi tumbuhan sintrong dikatakan dapat dijadikan sumber protein yang baik bagi manusia dan hewan. 

Secara tradisional sintrong terutama bagian daunnya digunakan untuk mengatasi sakit maag, gangguan pencernaan, luka bakar, pengobatan luka, tukak lambung dan kondisi yang berhubungan dengan kulit (Silalahi, 2022). Beberapa senyawa bioaktif telah ditemukan pada tumbuhan spesies sintrong. Daunnya mengandung senyawa fenolik dan flavonoid serta minyak atsiri yang mengandung β-cubebene, α-farnesene, dan α-caryophyllene (Nguyen Minh Can & Đặng Thị Phương Thảo, 2020).

Tidak hanya digunakan sebagai obat pada berbagai pengobatan tradisional, tumbuhan sintrong juga dikatakan terbukti dapat dijadikan tanaman perangkap untuk mengumpulkan kumbang umbi dewasa di perkebunan pisang (Crassocephalum Crepidioides Okinawa Spinach, Redflower Ragleaf, Fireweed PFAF Plant Database, 2023) dan pakan hijauan untuk hewan ternak dan unggas (Rojas‐Sandoval & Acevedo‐Rodríguez, 2022). 


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru