Identitas Penamaan
Kemlaka atau yang dikenal juga dengan nama malaka secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Phyllantus emblica. Secara internasional tumbuhan ini dikenal dengan nama Indian gooseberry, sedangkan di India ia disebut dengan nama amla. Di Indonesia tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda - beda sesuai dengan bahasa daerahnya.
Di Aceh tumbuhan ini dikenal dengan nama rheum, balaka atau balangka di daerah Minang atau Sumatera Barat, mlakah di daerah Madura, kemloko di daerah Jawa Tengah dan karsinta di daerah Flores. Sedangkan di daerah Cirebon tumbuhan ini lebih dikenal dengan nama kemlaka.
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
Phylum | Tracheophyta |
Class | Magnoliopsida |
Order | Malpighiales |
Family | Phyllanthaceae |
Genus | Phyllanthus |
Species | Phyllanthus emblica |
Asal
Kemlaka merupakan tumbuhan yang berasal dari wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk ke dalamnya wilayah negara India, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Sejarah Penggunaan Nama
Nama malaka sendiri telah dijadikan nama untuk sebuah daerah pemerintahan di Malaysia yaitu Kota Melaka dan selat antara Indonesia dan Malaysia yaitu selat Malaka.
Adapun kata amla di Indonesia digunakan sebagai nama sebuah daerah di Bali yaitu kota Amlapura. Amlapura merupakan ibu kota dari kabupaten Karangasem yang ditetapkan sebagai kota pada tahun 1963 setelah terjadinya erupsi gunung Agung. Namun sejarah Amlapura sebagai daerah ibukota dapat ditelurusi semenjak berdirinya kerajaan Karangasem yang berdiri dari abad ke 17 hingga abad ke 19 masehi.
Berdasarkan jurnal etnobiologi yang dipublikasikan pada tahun 2020 oleh Ary Prihardhyanto Keim dan kawan - kawan disebutkan bahwa amla merupakan kata dari bahasa Sanskerta amla (atau yang lebih tepatnya amalaka) yang berarti asam. Dengan mayoritas masyarakat yang mendiami daerah tersebut beragama Hindu, bahasa Sanskerta lantas menjadi bahasa yang lumrah digunakan pada masa kerajaan Karangasem. Dengan kata lain kata Karangasem merupakan nama Austronesia untuk padanan nama Sanskerta Amlapura. Singkatnya Amlapura adalah Karangasem dalam bahasa yang berbeda.
Di Cirebon, nama kemlaka telah menjadi asal usul untuk sebuah daerah yaitu desa Kemlakagede di kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon. Dalam situs daring desa Kemlakagede dikatakan bahwa tumbuhan ini pada mulanya sangat banyak tumbuh di daerah tersebut. Desa Kemlakagede sendiri juga dibuka oleh Raden Mas Zakaria atau Ki Gede Buyut Raden Kemlaka (Ki Gede Kemlaka) yang bergelar Ki Muntalarasa pada masa berdirinya kerajaan Islam kecil di daerah Cirebon yaitu Keraton Pakungwati pada sekitar tahun 1799. Namun sayangnya kini keberadaan pohon buah kemlaka jarang sekali dapat ditemui hingga bisa dikatakan cukup langka.
Di sekitar kawasan danau Setu Patok Cirebon juga tumbuhan ini masih dapat dijumpai walaupun jumlahnya juga sangat sedikit. Karena keberadaannya yang langka dan merupakan jenis tumbuhan yang asli tumbuh di daerah setempat maka dapat dipastikan bahwa tumbuhan ini masuk ke dalam kategori endemik.
Pertumbuhan dan Deskripsi Bentuk
Buah kemlaka berwarna hijau cerah dan berbentuk bulat dengan rasa yang sangat asam dan cenderung sepat. Berukuran kecil dengan ukuran yang mirip dengan buah ciremai dengan ukuran diameter 1 hingga 2 cm.
Ranting - rantingnya yang panjang dan meranggas berwarna cokelat dilapisi dengan deretan daun - daun kecil yang tipis berbentuk lonjong lurus dengan warna hijau pada bagian atas yang memudar di bagian bawah dan cenderung kemerahan atau kecokelatan ketika kering. Sedangkan bunga - bunganya berdiameter sekitar 3 mm dengan warna putih, dan tumbuh berkelompok di bagian tunas atau pucuknya.
Secara umum, tinggi pohon dari tumbuhan ini dapat mencapai hingga 18 sampai 32 meter dengan keadaan habitat di daerah tropis. Kemlaka membutuh matahari secara penuh dan air yang cukup untuk tumbuh dengan baik. Serta keadaan tanah yang lembab, berdrainase baik dengan keadaan lempung yang cenderung subur (National Parks Board).
Manfaat bagi Kesehatan serta Kegunaan Lain dari Kemlaka
Dalam tradisi India kuno seperti yang tertulis dalam Ayurveda, buahnya diresepkan dalam pengobatan tradisional sebagai tonik. Daun dan kulit batangnya yang mengandung tanin digunakan untuk penyamakan dan sebagai konsentrator warna dalam metode pewarnaan. Buah keringnya digunakan sebagai tinta, pewarna rambut dan deterjen (The Editors of Encyclopaedia Britannica, “Phyllanthus | Medicinal Uses, Tropical Species, Ayurvedic Medicine”).
Masih dalam catatan penelitian Ayurveda, dr. Asha S. dalam artikelnya yang ditulis dalam situs Central Council for Research in Ayurvedic Sciences menyebutkan bahwa berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemlaka memiliki aktivitas anti-diabetes, hipolipedemik, anti-mikroba, anti-inflamasi, antioksidan, hepatoprotektif, dan anti-emetik. Tumbuhan ini digunakan sebagai obat bahan tunggal dan sebagai bahan dalam berbagai formulasi senyawa seperti Chyavanaprasa, Dhatriloha, Amalaki Rasayana, Dhatryarishta dll. Beberapa penggunaan obat tunggal dari kemlaka adalah:
- Konsumsi buah segar setiap hari (sebanyak 1 - 2 butir) dapat meningkatkan imunitas dan memberikan efek peremajaan.
- Jus segar kemlaka (sebanyak 5 - 10ml) dicampur dengan gula dapat dikonsumsi untuk mengatasi gangguan pendarahan.
- Jus kemlaka segar (sebanyak 5 - 10 ml) yang dicampur dengan sejumput bubuk kunyit dan diminum saat perut kosong dapat bermanfaat bagi pasien diabetes.
- Aplikasi eksternal pasta kemlaka pada kulit kepala dapat meningkatkan kesehatan dan kilau rambut.