first published at:
updated at:
    Flora
    Setu Patok
    Jawa Barat
    Sumatera Selatan

Identitas Penamaan

Tanaman padi terutama yang banyak dibudidayakan di wilayah Asia secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Oryza sativa. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Asian rice. Adapun tanaman padi yang banyak dibudidayakan di wilayah Afrika secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Oryza glaberrima atau yang secara internasional dikenal sebagai African rice.  

Taksonomi

Kingdom

Plantae

Phylum

Tracheophyta

Class

Magnoliopsida

Order

Poales

Family

Poaceae

Genus

Oryza

Species

Oryza sativa

Subspecies

Oriza indica

Oriza japonica

Oryza glaberrima

padi - Oryza sativa - 4.jpg

Asal, Sejarah Pembudidayaan dan Penyebaran

Daerah lokasi di mana pembudidayaan pertama terhadap tanaman padi hingga kini masih menjadi perdebatan. Namun beberapa peneliti meyakini bahwa padi pertama kali dibudidayakan di daerah Cina ribuan tahun yang lalu dengan genetika transisi dari tumbuhan padi liar (O. rufipogon dan O. nivaara) ke padi hasil budidaya (O. sativa).

Hingga kini masih dipercayai bahwa pembudidayaan padi dimulai di lembah sungai Yangtze di bagian timur China berdasarkan penemuan butiran yang telah berusia 8000 tahun pada sebuah situs arkeologi di daerah tersebut. Namun, sebuah tim yang dikepalai oleh Bin Han, seorang ahli genetika di Institute Ilmu Biologi Shanghai (Shanghai Institute for Biological Sciences) dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina ( Chinese Academy of Sciences) pada tahun 2012 mengajukan bukti lain bahwa padi pertama kali dibudidayakan di lembah Sungai Mutiara atau Pearl River valley di bagian selatan Cina (Callaway, 2014). 

Penemuan tersebut didasarkan pada perbandingan antara sub spesies indica dan japonica yang memiliki relasi lebih dekat dengan varietas liar yang tumbuh di daerah lembah Sungai Mutiara. Walaupun begitu tidak terdapat bukti arkeologi yang dapat mendukung penemuan tersebut karena masyarakat setempat pada zaman dahulu hidup dalam kemiskinan hingga tidak mampu menyimpan beras dalam jumlah banyak tidak seperti penduduk lembah Sungai Yangtze yang lebih kaya. Penduduk lembah Sungai Yangtze pada umumnya merupakan para pemburu-pengumpul yang mencoba bercocok tanam padi dan kebanyakan memakan biji ek, kastanye dan ikan. 

Sementara itu dua kelompok utama padi, Hsien dan Keng telah dikenal di Cina setidaknya sejak dinasti Han pada tahun 1800 masehi. Masing - masing dari dua kelompok utama padi tersebut sesuai dengan sub spesies indica dan japonica (Sweeney & McCouch, 2007). Secara umum, kedua kelompok ini dapat dibedakan berdasarkan bentuk butir dan kandungan amilosanya  di mana butir indica biasanya lebih panjang sedangkan butir japonica memiliki kandungan amilosa yang rendah, sehingga lengket setelah dimasak serta beberapa karakteristik agroekologi seperti japonica yang memiliki sifat toleransi terhadap temperatur yang dingin. 

Varietas padi dari sub spesies japonica merupakan jenis padi yang kemudian secara tradisional menjadi tanaman budidaya yang banyak dibudidayakan di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara sementara itu jenis padi indica dan aromatik yang termasuk tipe Basmati banyak dibudidayakan secara tradisional di daerah sub kontinen India atau Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh dan Sri Lanka. Kekhasan pada varietas jenis aromatik ada pada wangi yang terdapat pada butiran berasnya. Catatan tertulis paling awal tentang beras yang kemungkinan termasuk dalam kelompok aromatik berasal dari teks Sansekerta Susruta Samhita bertanggal sekitar 400 SM (Civáň et al., 2019). Varietas padi sub spesies indica sendiri pertama kali dibudidayakan pada sekitar 8500 - 4500 tahun yang lalu di sungai Gangga (Purugganan & Fuller, 2009). 

Di Afrika Barat, padi liar O . barthii didomestikasi secara mandiri ke dalam padi Afrika O. glaberrima pada sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan di Amerika Selatan berdasarkan studi arkeologi menunjukan bahwa peristiwa domestikasi independen terhadap padi atau beras terjadi pada masa pra-Columbus, namun spesies tanaman ini kemudian tidak lagi dibudayakan (Jae Young Choi et al., 2019). 

Perjalanan pendistribusian budidaya tanaman padi di Indonesia dimulai dari Cina bagian selatan menuju Indonesia melalui Taiwan dan Filipina bagian utara yang melibatkan penanaman rawa lokal dan perladangan berpindah lahan kering. Kemudian sebagian besar perladangan berpindah ketika populasi penutur bahasa Austronesia berpindah melalui Filipina ke zona khatulistiwa dan menuju Indonesia bagian timur. Hal ini terjadi pada sekitar tahun 2000 - 1500 sebelum masehi yang ditandai dengan terjadinya penyebaran permukiman Neolitik. Namun produksi padi secara bertahap hilang dan digantikan oleh umbi - umbian dan buah - buahan di wilayah Indonesia bagian timur karena kondisinya yang cenderung lebih lembab. Penanaman padi basah baru dimulai setelah tahun 500 sebelum masehi di wilayah Jawa dan Bali terutama di lingkungan lanskap vulkanik di mana terasering dapat dibangun (Bellwood, 2011). 

Relief pada candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 masehi juga turut menggambarkan lumbung dan tanaman padi yang terserang penyakit sampar tikus. Relief tersebut merupakan salah satu bukti fisik yang menjelaskan sejarah panjang keberadaan tanaman padi di Indonesia.

padi - Oryza sativa - 2.jpg

Deskripsi Bentuk dan Pertumbuhan

Tanaman padi secara garis besar terbagi atas tiga sub spesies yaitu O. indica, O. japonica dan O. glaberrima. Sub spesis indica merupakan varietas yang banyak dibudidayakan di wilayah Asia Selatan seperti India dan Pakistan yang memiliki karakteristik utama berupa butir berasnya yang lebih panjang dan tidak lengket. Berbeda dengan sub spesies japonica yang lebih pendek dan cenderung lengket. 

Padi merupakan tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh hingga 50 sampai 130 cm dengan batang yang tegak dan gundul serta terdiri atas gugusan dan ruas (NParks | Oryza Sativa, 2021). Setiap gugusannya menghasilkan satu daun. 

Daun tersusun dalam dua barisan dengan pelepah daun yang mula-mula saling menempel hingga membentuk batang semu. Helaian daunnya memiliki ujung yang tepi yang lancip. 

Bunganya tunggal yang bertumpu pada tangkai yang pendek. Setiap bunganya merupakan biseksual dengan 6 benang sari dan 2 kepala putik berbulu halus.

Butiran beras dari tanaman padi memiliki banyak variasi warna yang diantaranya yaitu putih, cokelat, hitam, ungu dan merah.

Manfaat Tanaman Padi atau Beras bagi Kesehatan dan Kegunaan Lainnya sebagai Bahan Makanan dan Budaya

Beras mengandung banyak karbohidrat yang dapat menambah energi namun dapat pula menambah gula darah. Di lain sisi beras cokelat memiliki kandungan serat yang lebih banyak yang mana dapat membantu menjaga kesehatan usus dan mengurangi peradangan (Atli Arnarson Ph.D, 2020). 

Beras hitam dikatakan memiliki nilai gizi yang tinggi karena kaya akan sumber berbagai vitamin seperti vitamin A, B dan E, asam amino dan lipid serta serat pangan. Kehadiran pigmen tumbuhan flavonoid antosianin pada beras hitam berkontribusi terhadap warna ungu kehitaman dan sifat antioksidan yang kuat (Bhardwaj et al., 2023).

Dalam pengobatan tradisional, butiran beras dioleskan pada kulit untuk mengobati bisul, luka, bengkak, dan noda, dan ketannya digunakan dalam pengobatan sakit perut, mulas, dan gangguan pencernaan. Ekstrak beras merah telah digunakan sebagai pengobatan kanker payudara dan perut, serta gangguan pencernaan, mual, dan diare  (Asian Rice - Oryza Sativa | Plants | Kew, 2019). Sementara itu diluar penggunaannya sebagai bahan makanan dan tanaman obat, butiran beras juga digunakan sebagai bahan bakar dengan minyaknya digunakan sebagai pelapis kulit. Sementara di India, jerami padi digunakan sebagai alas tidur hewan dan kertas serta terkadang digunakan sebagai tali dan jerami.

Sebagai salah satu makanan pokok di berbagai negara terutama di Asia beras telah hadir semenjak ribuan tahun yang lalu dalam berbagai aktivitas budaya. Tidak terkecuali di Indonesia dimana pluralitas masyarakatnya melahirkan banyak budaya yang berbeda - beda. Beras sangat dihargai di Indonesia hingga banyak ritual budaya tercipta sebagai bentuk penghormatan terhadap keberadaanya di dalam negeri. 

Adapun beberapa aktivitas budaya yang memiliki kaitan dengan beras yaitu tabur beras kunyit sebagai bagian dari tata cara adat perkawinan Melayu Daik Lingga di Sumatera, tradisi Bebehas sebagai bagian dari tradisi mengumpulkan beras yang hanya dilakukan oleh para ibu dan remaja putri di Muara Enim di Palembang Sumatera Selatan, tradisi beas perelek sebagai tradisi yang menjaga stabilitas pangan di Jawa Barat serta tradisi mbisu atau laku diam yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat dan oleh masyarakat Jawa di Jawa Tengah. 

padi - Oryza sativa - 3.jpg

Industri Beras di Indonesia

Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik Indonesia diberitakan bahwa pada tahun 2023 luas panen padi diperkirakan sebesar 10,20 juta hektare dengan produksi padi sekitar 53,63 juta ton gabah kering giling. Jumlah tersebut setelah dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sebesar 30,90 juta ton. 

Dari data tersebut ditemukan bahwa Indonesia telah mengalami penurunan terhadap luas panen padi pada tahun 2023 sebanyak 2,45 persen dari tahun sebelumnya yang sejumlah 10,45 juta hektare. Dengan demikian Indonesia telah kehilangan sebanyak 255,79 ribu hektare luas panen dan 645,09 ribu ton produksi beras.  

Sementara itu berdasarkan data dari USDA Foreign Agricultural Service, Production, Supply and Distribution diberitakan bahwa Cina merupakan produsen beras terbesar di dunia dengan total sebanyak 147.691 juta ton per tahun yang diikuti oleh India sebanyak 125,038 juta ton, Bangladesh sebanyak 35,511 juta ton dan Indonesia pada posisi ke empat sebanyak 34,360 juta ton. Namun berdasarkan data untuk tahun 2021 hingga 2023 8 negara pengekspor beras terbesar di dunia adalah India, Thailand, Vietnam, Pakistan, Amerika Serikat, Cina, Burma dan Kamboja. 


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru