Taka secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Tacca leontopetaloides. Secara international dalam bahasa Inggris tanaman ini populer dengan nama Polynesian arrowroot, Fiji arrowroot, East Indies arrowroot, pia atau seashore bat lily.
Di Indonesia, taka dikenal dengan beberapa ragam nama yang berbeda - beda sesuai dengan bahasa daerahnya. Masyarakat di kabupaten Belitung mengenal taka dengan sebutan nubong. Di Garut masyarakat menyebutnya sebagai jalawure, kecondang di Karimunjawa, oto’o di pulau Madura, dan lorkong atau toto’an di Kangean.
Nama genusnya dalam bahasa Latin Tacca, diambil dari sebuah nama dalam bahasa Indonesia yaitu Taka. Sedangkan nama spesifiknya dalam bahasa Latin leontopetaloides merujuk pada bentuk kelopaknya yang menyerupai seekor singa (NParks | Tacca Leontopetaloides, 2024).
Asal tananaman taka hingga kini belum benar - benar dapat dipastikan. Namun, beberapa peneliti meyakini bahwa kemungkinan taka berasal dari wilayah Malesia (bentang zona ekologi Indomalaya hingga Australasia yang meliputi negara Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Filipina dan Papua Nugini) (Tacca Leontopetaloides Risk Assessment, 2024).
Taka kemungkinan dibawa oleh masyarakat Austronesia pada zaman prasejarah sebagai tanaman kuno ke seluruh kawasan tropis Indo-Pasifik. Taka kemudian telah menjadi tanaman introduksi di kawasan tropis Afrika, Asia Selatan, Australian Utara dan Oceania.
Taka merupakan tumbuhan terna berumbi abadi yang terdiri atas batang rimpang yang darinya muncul hingga 3 daun bertangkai panjang. Daun - daunnya yang berlubang banyak memiliki helaian daun yang lebar dan berbentuk menyerupai tetesan air mata atau telur lonjong dengan setiap lobusnya berukuran hingga 70 x 120 cm.
Taka dapat dijumpai dengan mudah di hampir sepanjang garis pantai pulau Jawa serta pulau lain di Indonesia. Selain tumbuh di area garis pantai, taka juga kadang dapat dijumpai di area hutan hujan di Indonesia.
Taka dapat hidup pada berbagai jenis tekstur tanah. Namun, untuk tumbuh dengan baik taka menyukai kondisi tanah yang didominasi oleh pasir. Taka juga hidup secara soliter atau berkelompok di bawah naungan maupun pada area terbuka. Meskipun begitu, produksi umbi terbesar diperoleh pada tanaman di area terbuka (Lestari et al., 2014).
Taka memiliki keunggulan berupa umbi yang dapat menyimpan air dan karbohidrat. Hal ini menjadikannya sebagai tanaman potensial sumber karbohidrat alternatif untuk daerah kering dan pesisir pantai. Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai terutama di pulau - pulau kecil memanfaatkan taka sebagai bahan pangan ketika gelombang pasang yang dapat menyebabkan pasokan bahan makanan datang.
Masyarakat di kepulauan Karimunjawa juga telah memanfaatkan pati umbi taka untuk pembuatan bubur dan kue. Bagian tajuknya dimanfaatkan sebagai hijauan (Lestari et al., 2014).
Spesies tanaman ini dikatakan dapat menjadi bahan makanan pengganti beras dan terigu dengan kandungan pati yang mirip dengan kentang (adm-bappeda, 2024). Upaya pengolahannya menjadi bahan makanan telah dilakukan di Desa Terong Kecatamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Taka diolah hingga menjadi terigu kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kue, roti dan mie.
Sebagai bahan makanan umbi taka melalui kandungan steroid taccalonolides dapat dimakan meskipun rasanya pahit. Oleh karena itu diperlukannya untuk dilakukan proses penyajian sebelum memakannya. Umbi taka umumnya diparut, dicuci dan dimasak dalam waktu lama sebelum dapat dikonsumsi (Tacca Leontopetaloides (L.) Kuntze | Plants of the World Online | Kew Science, 2024).
Tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti sumber karbohidrat, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati Rachmawati et al. (2022) berhasil ditemukan bahwa taka memiliki beberapa kandungan yang dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol. Adapun beberapa senyawa aktif yang terdapat pada taka diantaranya yaitu flavonoid, tanin, fenolik, steroid dan alkaloid.
Selain mengandung senyawa yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, taka juga diketahui memiliki beberapa kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan. Berikut tabel kandungan nutrisi yang terdapat pada tanaman taka per 100g yang dirangkum oleh Wardah et al. (2017).
Analisis | Kandungan nutrisi/100g |
Protein | 5.23 |
Lemak | 0,785 |
serat kasar | 1,85 % |
Karbohidrat | 80,11 – 88,07 % |
Energi | 334-369.165kkal/100g |
mg | 221mg/100g |
Fe | 6.185mg/100g |
Ca | 283,2mg/100g |
K | 616.635mg/100g |
P | 233.105mg/100g |
Kadar air | 15,65g/100g |
kadar abu | 1,3g/100g |
amilopektin | 53,28 % |
amilase | 23% |