Kemiri (Aleurites moluccanus)

Identitas Penamaan
Kemiri secara ilmiah dinamakan sebagai Aleurites molucannus. Secara internasional dalam Bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama candlenut.
Tumbuhan ini pertama kali dicatat oleh Carl Linnaeus dalam catatannya yang berjudul Species Plantarum yang diterbitkan pada tahun 1753 sebagai Jatropha moluccana. Carl Ludwig Wildenow kemudian merubah Namanya menjadi Aleurites moluccana pada catatan yang sama edisi 1805. Namun, nama akhirnya disesuaikan dengan identitas jendernya menjadi Aleurites moluccanus.
Nama genusnya sendiri berasal dari kata Yunani kuno aleurone yang berarti "tepung" atau "makanan". Nama ini merujuk pada pertumbuhan baru yang tampak ditaburi tepung. Sedangkan nama spesiesnya merujuk pada nama pulau Maluku di Indonesia. Adapun nama populernya mengacu pada praktik masyarakat Hawaii yang menggunakan kacang atau bijinya untuk penerangan rumah (NParks | Aleurites Moluccanus, 2022).
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
---|---|
Phylum | Streptophyta |
Class | Equisetopsida |
Order | Malpighiales |
Family | Euphorbiaceae |
Genus | Aleurites |
Species | Aleurites moluccanus |
Asal
Sesuai dengan nama ilmiah spesiesnya, tumbuhan ini pertama kali dibudidayakan di kepulauan Indonesia. Sisa -- sisa kemiri yang dipanen ditemukan di situs arkeologi di Timor dan Morotai di Indonesia Timur dengan masing -- masing berasal dari sekitar 13.000 dan 11.000 sebelum masehi Blench (2008). Bukti arkeologis budidaya kemiri juga ditemukan di situs Neolitikum budaya Toalean di Sulawesi Selatan yang berasal dari sekitar 3.700 hingga 2.300 SM (Hasanuddin, 2018).
Deskripsi Bentuk
Kemiri merupakanv pohon dengan tajuk besar dan menyebar yang dapat tubuh dengan ketinggian yang mencapai sekitar 20 meter. Kulit batangnya berwarna cokelat keabu-abuan dengan lingkar batang sekitar 9 -15 meter.
Dedaunannya berwarna hijau dengan susunan Tunggal dan berseling. Tepi daunnya utuh dan bergelombang. Helaiannya berukuran panjang sekitar 10 -- 20 cm.
Bunga jantan dan betina pada tumbuhan ini tumbuh terpisah dengan warna putih kehijauan hingga kecokelatan. Memiliki ukuran panjang sekitar 5 -- 6 cm dan lebar 5 -- 7 cm. buahnya mengandung 1 sampai 2 biji hitam bercangkang keras.
Manfaat dan Kegunaan
Di Indonesia dan Malaysia kemiri banyak digunakan sebagai bahan rempah untuk bumbu masakan serta banyak pula ditemukan sebagai bahan pada berbagai produk kosmetik dan rambut. Minyak yang diekstrak dari bijinya dapat digunakan sebagai pengganti solar dan juga sebagai pengawet kayu (NParks | Aleurites Moluccanus, 2022).
Secara tradisional, tumbuhan ini banyak digunakan untuk membantu mengobati demam, peradangan, asma, hepatitis, sakit kepala, dan tukak lambung. Bijinya digunakan sebagai antirematik dan pupuk (Silva et al., 2014).
Di Hawaii kuno, bijinya dibakar untuk menghasilkan cahaya. Kacang-kacangan tersebut dirangkai berjajar pada pelepah daun palem, dinyalakan di salah satu ujungnya, dan dibakar satu per satu setiap sekitar lima belas menit. Hal ini kemudian digunakan sebagai ukuran waktu. Orang Hawaii mengekstrak minyak dari kacang dan membakarnya dalam lampu minyak batu yang disebut kukui hele po (cahaya, kegelapan berlalu) dengan sumbu yang terbuat dari kain kapa (Big Island Now, 2023).
Kayu dari pohon kemiri juga seringkali dimanfaatkan sebagai material pembuatan peti mati. Seperti yang dilakukan oleh anggota masyarakat Batak di Sumatera yang memilih kayu dari pohon ini yang kemudia diukir dalam bentuk perahu yang haluannya dihiasi dengan ukiran kepala burung enggang, kudang atau Binatang mitolongi yang dikenal sebagai singa.
Masyarakat suku Dusun di Borneo Malaysia yang menyebut buahnya dengan nama sebutan godou memanfaatkan sebagai tinta pembuatan tato. Sedangkan masyarakat Flores dekat Ende yang menyebut tumbuhan ini dengan nama kelore banyak menggunakannya sebagai pewarna alam bersaman dengan mengkudu.
Lokasi
Daftar Pustaka
Blench, R. (2008). [ARCHAEOLOGY IN ISLAND SOUTHEAST ASIA AND OCEANIA] Fruits and arboriculture in the Indo-Pacific region. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association, 24(0). https://doi.org/10.7152/bippa.v24i0.11869
Hasanuddin, N. (2018). Prehistoric sites in Kabupaten Enrekang, South Sulawesi. In ANU Press eBooks (pp. 171--189). https://doi.org/10.22459/ta48.11.2018.11
NParks | Aleurites moluccanus. (2022). Nparks.gov.sg. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/7/2702
Aleurites moluccanus (L.) Willd. | Plants of the World Online | Kew Science. (2022). Plants of the World Online. https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:338514-1
Silva, Rocha, L. W., & Nara. (2014). Nutraceuticals, Dietary Supplements, and Functional Foods as Alternatives for the Relief of Neuropathic Pain. Elsevier EBooks, 87--93. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-411462-3.00010-2
Big Island Now. (2023). | Candlenut Tree Provides More than Light. https://bigislandnow.com/2016/09/09/candlenut-tree-provides-more-than-light/