Sejarah Penyebaran, Komersialisasi dan Manfaat Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum)
Cina merupakan negara terbanyak penghasil budidaya bawang dengan penghasilan sejumlah kurang lebih 860 ribu ton pertahunnya. Posisi kedua dan ketiga diisi oleh Mali yang berhasil menghasilkan bawang sebanyak kurang lebih 680 ribu ton pertahunnya.
Bawang merupakan tanaman tahunan dengan akar serabut yang memiliki sistem perakaran dangkal dan cabang berpencar. Akarnya dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm dari permukaan tanah dengan percabangan yang menyebar secara radial hingga sekitar 30 cm dari batangnya.
Tanaman ini memiliki batang sejati atau disebut “diskus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh). Daunnya berbentuk silindris kecil yang memanjang dengan panjang yang dapat mencapai hingga 70 cm.
Bunga - bunganya tersusun secara melingkar pada ujung tangkai bunga yang keluar dari titik tumbuh tanamannya. Tangkai bunganya dapat tumbuh panjang hingga 30 sampai 90 cm.
Buahnya kering dan berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul dan membungkus biji yang dapat dihasilkan hingga 2 sampai 3 butir perbuahnya. Biji - bijinya dapat digunakan sebagai bahan benih untuk memperbanyak tanaman secara generatif (Admin, “Bawang Merah (Allium Cepa L.) – CCRC”, 2010).
Bawang secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Allium cepa. Secara internasional tumbuhan ini dikenal dengan nama onion. Nama populernya sebagai “onion” kemungkinan berasal dari bahasa Latin untuk unus, yang berarti “satu”.
Bawang merah sebagai salah satu varietas jenis dari tanaman bawang (Allium cepa) yang secara ilmiah dinamakan sebagai Allium cepa var. aggregatum. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang masuk ke dalam keluarga Amaryllidaceae dari order Asparagales, class Magnoliopsida, phylum Tracheophyta dan kerajaan Plantae.
Sebelumnya, nama Latin bawang merah adalah Allium ascalonium, sebuah nama yang merujuk pada popularitasnya di sebuah kota abad pertengahan Ascalon atau Port of Ascalon di Palestina yang kini dikenal sebagai kota tepi laut distrik selatan Ashkelon di Israel.
Nama populernya secara internasional dalam bahasa Inggris dikenal sebagai shallot berasal dari bahasa Prancis Kuno eschalotte, melalui eschaloigne, dari bahasa Latin Ascalōnia caepa atau bawang Ascalonian (Collins Dictionaries, 2023).
Di Indonesia bawa merah memiliki banyak nama lain sesuai dengan bahasa daerahnya. Bawang merah dalam bahasa Sunda dinamakan sebagai bawang beureum, sedangkan dalam bahasa Jawa disebut sebagai brambang (Putrasamedja and Suwandi, 1996).
Asal dan Sejarah Penyebaran Bawang
Kebanyakan para ahli botani dan arkeologi menyetujui bahwa bawang kemungkinan besar berasal dari wilayah Asia tengah pada kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Sementara itu beberapa ahli botani dan arkeologi berpendapat bahwa bawang pertama kali tumbuh di Iran dan wilayah barat Pakistan. Namun, hampir dapat dipastikan bahwa kini bawang ditanam di seluruh dunia baik di negara - negara beriklim tropis maupun subtropis, termasuk Indonesia.
Bawang adalah salah satu tanaman budidaya tertua di dunia. Tanaman ini mungkin dikenal di India, Cina, dan Timur Tengah sebelum sejarah tercatat (National Onion Association, 2019).
Sejarah bawang dimulai setidaknya pada tahun 320 sampai 2800 SM dari sebuah temuan pada makam Mesir kuno. Lalu bawang merah menyebar ke India pada sekitar 600 SM dan telah menyebar ke Eropa utara pada awal Abad Pertengahan (Yamaguchi, 1983).
Naturalis Romawi, Pliny the Elder, menyebutkan bawang merah sebagai salah satu dari enam jenis bawang yang dikenal orang Yunani dalam ensiklopedia Naturalis Historia (Natural History) pada tahun 77 M. Orang Mesir kuno menganggap bentuk bolanya sebagai simbol atas alam semesta, dan bola konsentris kosmos Aristoteles juga pada saat yang sama disamakan dengan bawang.
Konsumsinya oleh manusia dapat ditelusuri kembali ke Zaman Perunggu, ketika bawang makanan pokok di banyak peradaban awal, dan sangat penting di era Mesir kuno. Selain dikonsumsi sebagai makanan, orang Mesir juga memuja bawang karena mengira cincin konsentrisnya melambangkan kehidupan abadi. Bawang juga dikatakan sering dikuburkan bersama orang mati.
Atlet Yunani kuno mengonsumsinya dalam jumlah besar karena mengira hal itu akan "menyeimbangkan" darah mereka dan meningkatkan kecakapan atletik mereka. Kemudian, setelah menaklukkan Yunani, orang Romawi juga memakan bawang secara teratur dan mengoleskannya pada para gladiator untuk mengencangkan otot mereka (Division of Plant Sciences, 2011).
Bangsa Romawi juga dikatakan sebagai orang - orang yang memperkenalkan bawang ke Inggris dan wilayah Dunia Baru. Pada tahun 1554, bawang merah ditanam di Spanyol, Italia, Prancis, dan Jerman. Baldassare Pisanelli pada abad ke-17, seorang dokter di Italia, menggambarkan bawang merah sebagai “makanan lezat yang menggugah nafsu makan saat panas dan nikmat diminum.” Budidaya bawang merah menyebar ke Inggris dari Perancis pada tahun 1663, dan bawang merah menjadi tanaman umum di Amerika pada tahun 1806 (American Botanical Council, 2023). Sedangkan Di Swedia, tanaman ini baru mulai tersebar pada sekitar tahun 1830 dan 1860 dengan hukum abad pertengahan yang menyarankan untuk bawang menjadi bagian dari makanan sehari-hari di Swedia setidaknya sejak abad keempat belas (De Vahl, 2023).
Komersialisasi Bawang Merah
Cina merupakan negara terbanyak penghasil budidaya bawang dengan penghasilan sejumlah kurang lebih 860 ribu ton pertahunnya. Posisi kedua dan ketiga diisi oleh Mali yang berhasil menghasilkan bawang sebanyak kurang lebih 680 ribu ton pertahunnya dan Jepang dengan penghasilan sebanyak kurang lebih 512 ribu ton pertahunnya.
Di Indonesia sendiri bawang telah banyak dibudidayakan di hampir seluruh wilayah negara hingga mencapai 24 provinsi dari 30 provinsi. Adapun provinsi penghasil utama bawang merah diantaranya adalah Sumatera Utara, Sumatara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, bali, NTB, dan Sulawesi selatan (Admin, “Bawang Merah (Allium Cepa L.) – CCRC”, 2010).
Kandungan dan Manfaat Bawang bagi Kesehatan
Bawang merah diketahui mengandung beberapa senyawa kimia yang memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya yaitu protein, mineral, sulfur, antosianin, karbohidrat, serat, flavonoid, kuersetin dan antioksidan.
Secara tradisional bawang merah diyakini dapat menyembuhkan penyakit demam, kencing manis dan batuk. Sedangkan kandungan kuersetin dan antioksidannya yang kuat dapat bertindak sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Bawang yang kaya akan kandungan flavonoid dapat membantu mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan pemicu tumor seperti menggantung pertumbuhkan sel sensitig estrogen pada kanker payudara (Admin, “Bawang Merah (Allium Cepa L.) – CCRC”, 2010).
Bawang dalam Budaya Kuliner
Pada berbagai budaya kuliner di dunia bawang banyak digunakan sebagai salah satu rempah atau bahan dari berbagai hidangan. Bawang dapat digunakan baik dalam bentuk segar dalam salad maupun setelah diolah melalui pengawetan, penggorengan dan lain sebagainya.
Referensi
Admin. “Bawang Merah (Allium Cepa L.) – CCRC.” CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA, 18 Nov. 2010, ccrc.farmasi.ugm.ac.id/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-antikanker/b/bawang-merah-allium-cepa-l. Accessed 2 Sept. 2023.
Admin. “10 World’s Biggest Country Producers of Onions and Shallots.” The Science Agriculture, July 2023, scienceagri.com/10-worlds-biggest-country-producers-of-onions-and-shallots.
American Botanical Council. “Food as Medicine Shallot (Allium Cepa Var. Aggregatum, Amaryllidaceae).” American Botanical Council, www.herbalgram.org/resources/herbalegram/volumes/volume-14/number-2-february/food-as-medicine-shallot/food-as-medicine. Accessed 2 Sept. 2023.
U.S. DEPARTMENT OF AGRICULTURE. “Allium Cepa Var. Aggregatum.” Animal and Plant Health Inspection Services, acir.aphis.usda.gov/s/cird-taxon/a0u3d000000EBK3AAO/allium-cepa-var-aggregatum. Accessed 2 Sept. 2023.
Collins Dictionaries. “Shallot.” Collins Dictionaries, www.collinsdictionary.com/dictionary/english/shallot. Accessed 2 Sept. 2023.
De Vahl, Erik. “Historical Cultivars of Allium Cepa L. (Aggregatum-Group) Introduced to Sweden 1830–1860.” Genetic Resources and Crop Evolution, Springer Science+Business Media, Apr. 2023, https://doi.org/10.1007/s10722-023-01576-x.
Division of Plant Sciences, plantsciweb@missouri.edu. “Onion: A Brief History (David Trinklein).” Integrated Pest Management University of Missouri, 1 Mar. 2011, ipm.missouri.edu/MEG/2011/3/Onion-A-Brief-History. Accessed 2 Sept. 2023.
National Onion Association. “Onion History - National Onion Association.” National Onion Association -, 2 Dec. 2019, www.onions-usa.org/all-about-onions/history-of-onions/#:~:text=Many%20archaeologists%2C%20botanists%2C%20and%20food,in%20Iran%20and%20West%20Pakistan.
Putrasamedja, Sartono, and Suwandi. BAWANG MERAH DI INDONESIA. 5th ed., BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 1996, repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/f72c5585-f3c7-482a-8231-b2f2abbf527c/content#:~:text=Bawang%20merah%20adalah%20salah%20satu,(%3E%201000%20m%20dpal).
Yamaguchi, Mas. “Alliums: Onion, Garlic, and Others.” Springer eBooks, 1983, pp. 184–206. https://doi.org/10.1007/978-94-011-7907-2_17.
Comments ()