Kamboja (Plumeria)

Identitas Penamaan
Kamboja secara ilmiah dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Plumeria. Plumeria sendiri merupakan sebuah genus yang terdiri atas banyak spesies yang menyebar di banyak belahan dunia. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal dengan nama Frangipani.
Sejarah Penamaan
Nama Plumeria diambil dari nama salah satu murid Joseph Pitton de Tournefort (1656 - 1708) yang bernama Charles Plumier (1646 - 1703) atas dedikasinya sebagai ahli botani kerajaan yang memplopori eksplorasi flora pada wilayah tropis Dunia Baru pada masa Louis XIV di Perancis (Zumbroich, 2013). Carl Linnaeus kemudian mempertahankan nama genus Plumeria dengan mendaftarkan tiga spesies berbeda yaitu Plumeria rubra L., Plumeria alba L. dan Plumeria obtusa L. pada tahun 1753 masehi.
Sedangkan nama frangipani berasal dari nama seorang bangsawan Italia pada abad ke-16 masehi yang menciptakan parfum melalui aroma bunganya (Mahr, 2023).
Taksonomi
Kingdom | Plantae | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Phylum | Tracheophyta | ||||||||
Class | Magnoliopsida | ||||||||
Order | Gentianales | ||||||||
Family | Apocynaceae | ||||||||
Genus | Plumeria | ||||||||
Species | Plumeria rubra | ||||||||
Plumeria obtusa L. | |||||||||
Plumeria alba L. | |||||||||
(Genus Plumeria memiliki banyak jenis spesies lainnya dengan lebih dari sekitar 100 nama sinonim) |
Asal
Spesies ini dinyatakan sebagai spesies endemik di wilayah alam Neotropis (Meksiko, Amerika Tengah, dan Karibia, dan di selatan Brasil serta utara Florida di Amerika Serikat).
Dari wilayah neotropis benua Amerika kemudian tumbuhan ini menyebar dan banyak dinaturalisasikan di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura dan Laos serta India.
Belum jelas semenjak kapan pohon kamboja masuk dan dinaturalisasikan di Indonesia namun jejak sejarahnya mungkin dapat ditelusuri dengan melihat pada waktu berabad - abad yang lalu. Terutama karena adanya bukti penggambaran bentuknya pada relief - relief candi di Indonesia seperti pada candi Borobudur di Jawa Tengah yang telah dibangun pada tahun 778 masehi.
Sejarah Kamboja sebagai Simbol
Pohon kamboja dapat banyak ditemui di wilayah tropis dan telah menjadi simbol bunga kebangsaan negara Laos. Di Indonesia pohon kamboja dapat banyak ditemui di area sekitar pemakaman dan di area sekitar kuil Hindu - Buddha. Di Bali pohon kamboja banyak ditanam di sekitar pura dan sudut kampung.
Pohon kamboja juga dapat ditemui pada relief candi - candi di Indonesia sebagai bagian dari penggambaran flora. Beberapa candi yang menggambarkan pohon kamboja yaitu candi Borobudur yang dibangun pada tahun 778 masehi di Jawa Tengah, candi Mendut yang dibangun pada tahun 824 masehi di Jawa Tengah dan candi Panataran yang dibangun pada abad ke-12 masehi di Jawa Timur.
Dalam panteon peradaban Maya, tanaman kamboja diasosiasikan dengan dewa-dewa yang mewakili kekuatan hidup dan kesuburan dan oleh karena itu bunga kamboja menjadi sangat terkait dengan berbagai ekspresi seksualitas perempuan. Di antara orang-orang berbahasa Nahuatl di Meksiko tengah, khususnya pada masa puncak kekaisaran Aztec, asosiasi kamboja yang paling menonjol adalah untuk menandakan status elit dengan pohon kamboja yang ditanam di taman kaum bangsawan, sebagai pertukaran bunga di pesta-pesta, atau melalui gambar bunga kamboja yang diukir pada keramik dan kodeks.
Dalam konteks sistem keagamaan hibridisasi yang berkembang sebagai respons terhadap masuknya agama Kristen di seluruh Mesoamerika, tanaman kamboja mengembangkan makna baru, misalnya sebagai dekorasi rumit untuk pemujaan Perawan Maria. Lalu ketika pada abad ke-16 kamboja tersebar luas dari benua Amerika ke Asia Tenggara, kemungkinan besar melalui Spanyol yang kemudian dibawa ke Filipina, tanaman ini mendapat asosiasi secara lebih luas dengan pekarangan kuburan sebagai tanaman yang dapat mendorong kontak dengan orang yang sudah meninggal dunia (Zumbroich, 2013).
Deskripsi Bentuk dan Pertumbuhan
Di wilayah Asia Tenggara terutama Indonesia, pohon kamboja dapat banyak ditemui di area sekitar pemakaman dan di area sekitar kuil Hindu - Buddha.
Pohon kamboja memiliki cabang - cabang batang yang tebal namun rapuh dengan kulit kayu tipis berwarna abu - abu yang mengandung getah seperti susu. Adapun getah tersebut dikatakan dapat mengiritasi mata dan menyebabkan dermatitis pada individu yang rentan.
Daun - daunnya memiliki permukaan yang kasar dengan bentuk bulat dan runcing di ujung yang memanjang dan berwarna hijau mengkilap atau kusam. Tergantung pada spesies atau kultivarnya, tanaman kamboja mungkin tumbuh tegak dan padat, atau terbuka dan luas.
Bunganya memiliki gradasi warna yang bervariasi dengan variasi warna merah muda, merah, putih dan kuning atau pastel. Memiliki aruma yang harum dengan aroma khas dengan kecenderungan seperti aroma melati, jeruk dan kacapiring. Karena diserbuki oleh ngengat yang terbang di malam hari, bunganya baru benar - benar mulai mengeluarkan aroma di malam hari.
Adapun jumlah bunga pada setiap tandannya juga sangat bervariasi, dengan beberapa kultivar menghasilkan sebanyak 200 bunga dan lainnya hanya 50 bunga dalam jangka waktu beberapa bulan.
Pohon kamboja membutuhkan sinar matahari yang cerah dengan suhu hangat, dan kelembapan yang cukup untuk tumbuh subur. Tanaman ini membutuhkan tanah yang memiliki drainase yang baik, tidak mengering dan juga tidak basah. Semakin banyak cahaya yang diterima tanaman maka semakin banyak pula air yang dibutuhkannya. Namun penyiraman yang berlebihan dapat menyebabkan busuk akar dan kematian pada tanaman (Mahr, 2023).
Kandungan dan Manfaat Lain dari Kamboja bagi Kesehatan
Minyak dan wewangian esensial hasil ekstrasi bunga dari berbagai spesies kamboja telah banyak digunakan dalam industri parfum, kosmetik dan aromaterapi. Menurut sebuah laporan ilmiah yang ditulis oleh Arora dan rekan - rekan pada tahun 2018 dinyatakan bahwa kamboja telah diteliti dan terbukti memiliki aktivitas antimikroba, antikanker, antipiretik dan antioksidan. Berbagai bagian kamboja juga memiliki khasiat obat dan dapat digunakan untuk pengobatan kanker kulit, antifilaria, dan penyakit lainnya.
Lokasi
Daftar Pustaka
"ACIR Community." Usda.gov, 2023, acir.aphis.usda.gov/s/cird-taxon/a0ut0000000r8hMAAQ/plumeria. Accessed 21 Sept. 2023.
Arora, Shefali, et al. "A REVIEW ON PHYTOPHARMACOLOGICAL ACTIVITY OF PLUMERIA SPECIES." ResearchGate, Apr. 2018, www.researchgate.net/publication/342802886_A_REVIEW_ON_PHYTOPHARMACOLOGICAL_ACTIVITY_OF_PLUMERIA_SPECIES.
Mahr, Susan. "Plumeria." Wisconsin Horticulture, 2023, hort.extension.wisc.edu/articles/plumeria/#:~
=Plumeria%20is%20a%20genus%20of,to%20Mexico%20and%20the%20Caribbean. Accessed 21 Sept. 2023.Zumbroich, Thomas. "'Plumerias the Color of Roseate Spoonbills' - Continuity and Transition in the Symbolism of Plumeria L. In Mesoamerica." Ethnobotany Research & Applications 11:341-363, 2013, www.academia.edu/7612027/_Plumerias_the_Color_of_Roseate_Spoonbills_Continuity_and_transition_in_the_symbolism_of_Plumeria_L_in_Mesoamerica. Accessed 21 Sept. 2023.