Studiofru | Green Project
Studiofru | Green Project

Catatan.

Tempuh Wiyang (Emilia sonchifolia)

Flora
Cover Image for Tempuh Wiyang (Emilia sonchifolia)

Identitas Penamaan

Tumbuhan tempuh wiyang secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Emilia sonchifolia. Adapun nama lain spesies Emilia sonchifolia yaitu Emilia javanica (Burm.f.) C.B.Rob. dan Cacalia sonchifolia Hort ex L. Secara internasional tumbuhan ini populer dengan nama red tasselflower.

Di Indonesia tumbuhan ini memili banyak lain yang berbeda - beda sesuai dengan nama lokal daerahnya. Di daerah Jawa Barat dalam bahasa Sunda tumbuhan ini dikenal sebagai jonghe atau jombang, di daerah Jawa Tengah tumbuhan ini dikenal dengan nama kemondelan, dalgiu, centongan, tespog, serubung gelang, minyawon, ketiu atau jawi rawa, di daerah Madura dikenal dengan nama sarap atau sundilan, di Maluku dikenal sebagai mahiri, di Ternate tumbuhan ini dikenal sebagai gafu saru, Di daerah Tidore sebagai delo - delo sedangkan di Sulawesi sebagai linrapa atau halmah.

Taksonomi

KingdomPlantae
PhylumTracheophyta
ClassMagnoliopsida
OrderAsterales
Family Asteraceae
GenusEmilia
SpeciesEmilia sonchifolia

Asal

Masih belum bisa dipastikan dari mana asal tumbuhan tempuh wiyang berasal. Namun tumbuhan ini diyakini berasal dari wilayah Asia Timur atau China secara lebih spesifiknya dan negara - negara Asia Tenggara yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina.

Kini tumbuhan tempuh wiyang telah banyak tersebar dan dapat ditemui di wilayah tropis Afrika, Amerika Utara, Selatan dan Tengah, Oceania serta Kepulauan Pasifik dan Indian (Rojas‐Sandoval, 2022). Genus Emilia sendiri terdiri dari sekitar 100 spesies yang tersebar terutama di wilayah tropis Dunia Lama.

tempuh wiyang

Deskripsi Bentuk dan Habitat

Tempuh wiyang merupakan tumbuhan herba tahunan yang tegak dan menanjak dengan batang yang halus dan sedikit berbulu. Tumbuhan ini memiliki cabang yang ramping dan dapat tumbuh hingga 20 sampai 70 cm. Daunnya tumbuh berseling dengan bentuk bulat telur dan ukuran panjang 4 sampai 16 cm dan lebar 1 sampai 8 cm.

Perbungaannya terminal dengan bercabang dengan puncak yang rata dan terdiri atas 3 sampai 6 kepala bunga bertangkai dan lingkaran bracts di bawahnya. Setiap kepala bunganya berbentuk seperti guci dan merupakan gabungan dari banyak kuntum yang berbentuk tabung. Ada sekitar 30 sampai 60 kumtum perkepala bunganya dengan bagian luarnya merupakan betina dan bagian dalamnya memiliki benang sari dan kepala putik. Variasi dari bunganya meliputi ungi, merah tua,  merah, merah jambu, oranye, putih dan ungu.

Buahnya berupa achene yang bergaris lonjong dan tidak pecah - pecah dengan panjang 2,4 sampai 3 mm. Berwarna cokelat kemerahan atau putih pucat dengan pappus rambut putih yang memiliki panjang hingga 8 mm.

Tempuh wiyang umumnya dapat dengan mudah ditemui di padang rumput terbuka, daerah limbah, tepi jalan, tepi hutan, tepi sungai  dan area dekat pertanian padi.

Spesies ini memiliki kemiripan dan dapat disalahartikan dengan spesies  Cyanthillium cinereum. Perbedaannya terletak pada daun bunga spesies Emilia sonchifolia yang memiliki ukuran jauh lebih panjang dan berbentuk vas.

tempuh wiyang

Tempuh Wiyang Sebagai Gulma

Spesies ini telah dilaporkan sebagai gulma pada sejumlah tanaman dan terbukti mengurangi hasil panen serta berperan sebagai reservoir patogen tanaman. Saat ini telah terdaftar sebagai invasif di India, Meksiko, Brasil, Paraguay, Kosta Rika, Galapagos, Puerto Riko, Kepulauan Virgin, Republik Dominika, Trinidad dan Tobago, Madeira, Réunion, Hawaii dan banyak pulau lain di Samudra Pasifik (Rojas‐Sandoval, 2022).

Sebagai gulma tumbuhan tempuh wiyang umumnya tumbuh di daerah yang sebagian teduh di bawah perkebunan kopi, kelapa sawit dan teh.

Manfaat Tempuh Wiyang bagi Kesehatan

Tumbuhan tempuh wiyang telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai negara. Suku Kerala di India biasa menggunakan tumbuhan ini untuk mengatasi peradangan, gigitan serangga, konjungtivitas, rematik dan luka. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh B.S Shylesh & José Padikkala (1999) berhasil menemukan bahwa jus segar dan ekstrak metanol daun E. sonchifolia atau tempuh wiyang dapat menghambat pembentukan radikal hidroksil dan radikal superoksida secara in vitro. Penghambatan oleh ekstrak metanol tersebut sebanding dengan kurkumin, yang merupakan antioksidan terkenal.

Tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman obat, tempuh juga dikonsumsi sebagai bahan salad sayuran tradisional di Malaysia, Bangladesh dan India. Namun penggunaannya sebagai obat herbal dan makanan perlu dilakukan secara hati - hati dan mungkin perlu dibatasi. Hal ini merujuk pada kandungan alkaloid pirozidin yang terdapat pada tumbuhan tempuh wiyang yang dianggap hepatotoksik (Dash et al., 2015).

Bahan Pengganti Pemalsuan Produk Alat Bantu Berhenti Merokok di Thailand

Karena kemiripannya dengan spesies Cyanthillium cinereum yang populer digunakan sebagai salah satu alat bantu herbal untuk berhenti merokok di Thailand, spesies Emilia sonchifolia (L.) DC. juga ditemukan menjadi bahan untuk tindakan pemalsuan produk herbal alat berhentu merokok di negara tersebut (Kannika Thongkhao et al., 2020).

Lokasi

Daftar Pustaka

ACIR Community. (2023). Usda.gov. https://acir.aphis.usda.gov/s/cird-taxon/a0ut0000000rBcFAAU/emilia-sonchifolia

B.S Shylesh, & José Padikkala. (1999). Antioxidant and anti-inflammatory activity of Emilia sonchifolia. Fitoterapia70(3), 275--278. https://doi.org/10.1016/s0367-326x(99)00037-4

Dash, G. K., Mohd Syafiq Abdullah, & Ruhaiyem Yahaya. (2015, July 13). Traditional uses, phytochemical and pharmacological aspects of Emilia sonchifolia (L.) DC. ResearchGate; Moksha Publishing House. https://www.researchgate.net/publication/281123466_Traditional_uses_phytochemical_and_pharmacological_aspects_of_Emilia_sonchifolia_L_DC

Kannika Thongkhao, Veerachai Pongkittiphan, Thatree Phadungcharoen, Chayapol Tungphatthong, Kumar, S., Thitima Pengsuparp, Narueporn Sutanthavibul, Worakorn Wiwatcharakornkul, Surapong Kengtong, & Suchada Sukrong. (2020). Differentiation of Cyanthillium cinereum, a smoking cessation herb, from its adulterant Emilia sonchifolia using macroscopic and microscopic examination, HPTLC profiles and DNA barcodes. Scientific Reports10(1). https://doi.org/10.1038/s41598-020-71702-7

Rojas‐Sandoval, J. (2022). Emilia sonchifolia (red tasselflower). CABI Compendium. https://doi.org/10.1079/cabicompendium.20833


Cetak catatan ini

Bagikan

Kolom komentar

Catatan Lainnya

Cover Image for Kacang Sensitif (Chamaecrista nictitans)

Kacang Sensitif (Chamaecrista nictitans)

Flora

Spesies Chamaecrista nictitans atau kacang sensitif dikatakan dapat berfungsi sebagai penstabil tanah. Secara umum, hal ini dikarenakan sifat pengikat nitrogennya.

Studiofru
Studiofru
Cover Image for Mangsian (Phyllanthus reticulatus)

Mangsian (Phyllanthus reticulatus)

Flora

Dalam pengobatan tradisional sebagaimana tercatat dalam Ayurveda, tumbuhan ini terutama bagian daunnya banyak digunakan untuk pengobatan malaria, diabetes, polio, campak, asma, sakit tenggorokan, gigitan ular, konjungtivitis, anemia, penyakit mata, luka, luka bakar, pendarahan gusi, kejang otot, cacingan, sakit kepala, dan abses.

Studiofru
Studiofru

Komunitas

Kontribusi


© 2022 - 2025 © Studiofru. All rights reserved.