first published at:
updated at:
    Sains

Seperti yang sudah kita ketahui, produksi pangan di Indonesia terus menurun setiap tahunnya dan di awal tahun 2024 ini situasi krisis pangan semakin terasa. Ditandai dengan sedikitnya pasokan seperti beras dan berbagai kebutuhan konsumsi lainnya hingga pada akhirnya menimbulkan kenaikan harga pangan. Harga beras seperti apa yang diberitakan oleh media menjadi mahal sampai pada titik di mana harga tersebut merupakan harga termahal dalam sejarah pangan di Indonesia. 

Berbagai fenomena alam turut serta menyumbangkan efek yang menjadikan situasi ini terjadi. Seperti perubahan iklim, el nino dan kekeringan yang berkepanjangan. Namun, kenaikan harga pangan yang sangat terasa memberatkan ini tidak dengan serta merta memberikan dampak positif terhadap petani. Terlebih dikarenakan harga pupuk yang tidak murah. 

Maka pekerjaan para petani yang umumnya bukan merupakan generasi muda menjadi seperti berlipat ganda. Untuk menghidupi dirinya dengan cara menjual hasil panen, merawat keberlangsungan lingkungan dengan cara menanam, dan memikirkan biaya hidup yang mahal serta biaya pupuk yang juga tidak murah. Tentu saja ada cara lain untuk mendapatkan pupuk secara mandiri yang relatif lebih murah melalui pembuatan pupuk organik. Tetapi, pembuatan pupuk organik juga tidaklah mudah. Bagi para petani dengan umur yang sudah tua pembuatan pupuk organik dirasa cukup rumit. Sedangkan di sisi lain, pupuk subsidi dari pemerintah juga ternyata tidak luput dari berbagai problematika.  

Lalu, Apa itu El Nino? 

Selama kondisi normal di Samudera Pasifik, angin bertiup ke arah barat pada sepanjang garis khatulistiwa membawa air hangat dari Amerika Selatan menuju Asia. Peristiwa di mana naiknya air dingin dari kedalaman untuk menggantikan air hangat kemudian dinamakan sebagai upwelling dan dua pola iklim yang merusak kondisi normal tersebut dinamakan sebagai El Nino dan El Nina.

El Nino merupakan sebuah fenomena pola iklim yang menggambarkan pemanasan permukaan air yang tidak biasa di bagian timur tropis pada Samudera Pasifik. El Nino sendiri adalah “fase hangat” dari fenomena yang lebih besar yang disebut El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Sedangkan La Nina adalah kebalikannya, yaitu “fase dingin” dari ENSO atau pola iklim yang menggambarkan pendinginan permukaan air yang tidak biasa di wilayah tersebut.    

Secara etimologi, El Nino diambil dari bahasa Spanyol yang berarti Anak Kecil. Nelayan Amerika Selatan pertama kali menyadari periode air hangat yang luar biasa di Samudera Pasifik pada tahun 1600an. Nama lengkap yang mereka gunakan adalah El Niño de Navidad, atau Anak Kecil bulan Desember, karena El Nino biasanya mencapai puncaknya pada sekitar bulan Desember. 

Pola iklim yang dihasilkan dari fenomena El Nino memberikan dampak terhadap lingkungan berupa naiknya suhu laut, perubahan pada kecepatan dan kekuatan arus laut, perubahan pada kesehatan perikanan pesisir serta perubahan cuaca lokal mulai dari Australia hingga Amerika Selatan dan sekitarnya. 

Fenomena El Nino sebagai sebuah peristiwa alam terjadi secara tidak teratur hingga siklusnya tidak dapat diprediksi. Fenomena peristiwa ini dapat berlangsung selama sembilan hingga dua belas bulan lamanya atau bahkan bertahun - tahun. Meskipun begitu, El Nino dapat terjadi dalam interval antara dua hingga tujuh tahun dan lebih sering terjadi dibandingkan La Nina.

petani membereskan lahan pada musim panas di danau setu patok - 4.jpg

Dampak El Nino

Peristiwa terjadinya El Nino memberikan dampak yang sangat terasa baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh satu atau dua negara pada suatu wilayah saja melainkan pada beberapa wilayah di Asia Tenggara dan Amerika Selatan terutama yang dilintangi oleh garis khatulistiwa. 

El Nino dengan lapisan air hangatnya yang tebal pada permukaan laut tidak memungkinkan terjadinya upwelling secara normal. Sedangkan upwelling air dingin yang kaya akan nutrisi dibutuhkan untuk dapat mendukung ekosistem pesisir yang produktif. Kejadian ini lantas membuat terjadinya populasi ikan yang mati atau bermigrasi.  

Dari segi cuaca, El Nino menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan yang drastis di wilayah Amerika Selatan seperti Ekuador dan Peru. Sedangkan di Indonesia dan Australia terjadi kekeringan yang parah hingga menimbulkan pasokan air yang menurun. Pertanian dan perkebunan yang bergantung pada air untuk irigasi pun terancam karena waduk - waduk yang mengalami kekeringan dan sungai yang hanya dapat mengaliri sedikit air. Kebakaran hutan juga rentan terjadi melalui peristiwa El Nino.

Sebuah laporan menyebutkan bahwa peristiwa El Nino yang terjadi pada tahun 1997 - 1998 merupakan kondisi kekeringan yang cukup parah di negara - negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina. Kita mungkin belum dapat memberikan pendapat mengenai apakah peristiwa El Nino yang terjadi pada tahun 2023 - 2024 ini termasuk juga yang terburuk, namun tidak adakah pembelajaran yang dapat diambil dari peristiwa - peristiwa sebelumnya?


Cetak catatan ini

Bagikan catatan ini

Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru