Hanjuang atau andong secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Cordyline fruticosa dan disinonimkan sebagai Cordyline terminalis. Tanaman ini kemungkinan besar berasal dari wilayah Asia Tenggara yang kemudian dibudidayakan di Papua Nugini. Hanjuang diduga dibawa oleh orang Polinesia awal yang melalukan migrasi dari barat (kemungkinan Taiwan) ke timur untuk digunakan sebagai makanan, pakaian serta untuk tujuan keagamaan (Borland, n.d.).
Dalam segi bentuk, hanjuang merupakan tanaman semak atau pohon kecil dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga 4,6 m. Daun - daun pada tanaman ini tumbuh padat dalam posisi berseling dan berbentuk spiral pada ujung batangnya yang tegak dan tanpa bulu. Sedangkan bilah - bilah daunnya yang berbentuk lonjong yang sempit memiliki ukuran panjang 18 sampai 45 cm dan lebar 5 sampai 10 cm.
Hanjuang memiliki banyak variasi terutama melalui warna pada daunnya yang mengkilap hingga menjadikannya sebagai tanaman hias yang menarik. Adapun beberapa variasi warna pada daunnya diantaranya yaitu warna hijau, merah, ungu, dan kuning. Penerapannya sebagai tanaman hias di taman, kebun dan pinggir jalan dapat memberikan efek nuansa tropis pada lanskap.
Pada beberapa negara di dunia hanjuang dinyatakan sebagai tanaman sakral yang memiliki sifat spiritual yang kuat. Di Tahiti tanaman ini memiliki makna mendasar sebagai pelindung untuk menghalau rok mengikuti manusia dan tanaman yang dapat membantu kesuksesan pada yang menanamnya. Untuk itu, hanjuang di negara tersebut ditanam pada empat penjuru properti dan sepanjang jalan. Selain itu, karena dianggap dapat menghalau roh mengikuti manusia, hanjuang juga seringkali ditanam di area pemakaman (Simpson, 2022).
Di Hawaii, tanaman ini dikenal sebagai "kī" dan dianggap sebagai tanaman suci. Hanjuang sering digunakan dalam pertunjukan hula tradisional dan diyakini dapat membawa keberuntungan dan kemakmuran (Smith, 2023).
Hanjuang umumnya harus ditanam di tanah yang subur dan memiliki drainase yang baik. Untuk penanaman dalam pot, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan mengunakan pot yang berbahan dasar gambut dan tidak mengandung perlit. Metode pemberian pupuk pada tanaman ini dapat dilakukan secara berkala dua minggu sekali.
Hanjuang rentan terhadap berbagai hama (misalnya, kutu putih, kutu daun, tungau laba-laba, siput, siput lonjong, nematoda, dan wereng) serta penyakit bakteri/jamur yang disebabkan oleh spesies Cercospora, Phytophthora, dan Xanthomonas (NParks | Cordyline Fruticosa “Baby Ti,” 2022).
Secara garis besar tanaman ini relatif mudah dirawat dan dapat tumbuh subur dalam berbagai kondisi dan cuaca asalkan terlindungi dari embun beku. Namun begitu, ia cenderung lebih menyukai tanah yang kering dengan sinar matahari sedang hingga penuh.