Tanaman – Tanaman yang Diketahui Mengandung Racun bagi Tubuh

Sepanjang sejarah perkembangan ilmiah dan biologi telah dilakukan serangkaian uji coba dan tes klinis terhadap berbagai tumbuhan yang banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan. Melaui berbagai uji coba tersebut banyak ditemukan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sejumlah tumbuhan layak dikonsumsi dan mengandung berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh.
Namun perlu untuk diketahui pula bahwa beberapa dari tumbuhan tersebut juga dapat menimbulkan racun yang berbaya bagi kesehatan. Berikut beberapa tumbuhan yang diketahui mengandung racun bagi tubuh.
1. Kangkung Pagar/Krangkungan (Ipomoea carnea subsp. fistulosa)
Ipomoea carnea subsp. fistulosa di Indonesia lebih dikenal dengan nama Kangkung Pagar atau Krangkungan. Secara internasional dikenal dengan nama pink morning glory.
Krangkungan merupakan tumbuhan evergreen yang selalu hijau dan berbunga sepanjang tahun yang biasanya tumbuh liar di tepi sawah atau sungai. Tumbuhan ini dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 1 meter dengan batang - batang yang tumbuh merambat dan lebat. Batangnya berkayu dengan warna coklat muda sampai agak krem dengan bentuk berongga, ramping, gundul dan tidak kasar.
Sering ditanam sebagai tanaman pagar, krangkungan memiliki kemampuan untuk membentuk tegakan yang lebat serta menggantikan spesies tanaman asli.
Krangkungan telah digunakan secara tradisional untuk pengobatan penyakit kulit yang juga dapat memberikan efek baik untuk pencahar terutama bagian akarnya yang direbus. Getah susunya juga digunakan untuk mengobati penyakit kulit Leucoderma dengan pengaplikasiannya secara eksternal. Sedangkan batangnya dapat digunakan untuk membuat kertas (National Parks Board, "Ipomoea Carnea Subsp. Fistulosa"). Sedangkan semaknya dikatakan beracun karena mengandung beberapa alkaloid.
Tumbuhan ini pula sangat kebal dan kuat terhadap berbagai pengendalian kimia dan biologi.
2. Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)
Chaya secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Cnidoscolus aconitifolius. Tumbuhan ini memiliki beberapa nama populer dalam bahasa Inggris. Diantaranya yaitu cabbage-star, Mayan tree spinach, tread softly dan tree spinach.
Chaya merupakan semak atau pohon kecil yang tumbuh alami di Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Tanaman ini diyakini berasal dari Semenanjung Yucatan yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia dengan iklim tropis dan hangat sebagai tanaman budidaya. Sejak diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1998, tanaman chaya mulai menyebar di wilayah Jawa Barat, dan sudah banyak ditemui di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Banjar(Advent Simamora et al., 2022). Untuk tulisan ini, penulis juga menemukan tanaman chaya di pinggiran jalan area danau Setu Patok Kabupaten Cirebon.
Chaya merupakan tumbuhan semak atau pohon kecil yang dapat tumbuh dengan ketinggian yang mencapai hingga 3 sampai 8 meter. Chaya mudah tumbuh dan tidak mudah mengalamai kerusakan dari serangga. Tanaman ini pula diketahui toleran terhadap curah hujan yang tinggi dan dapat toleran terhadap kekeringan. Spesies chaya memiliki 4 varietas yaitu, estrella, picuda, chayamansa dan redonda.
Daun chaya diketahui memiliki kandungan vitamin, betakaroten dan protein yang tinggi serta kaya akan kalsium, fosfor, zat besi, thiamin, riboflavin dan niasin. Namun daun chaya mentah dapat menjadi racun karena mengandung glukosida yang dapat mengeluarkan racun sianida. Oleh karena itu daun chaya harus dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi untuk menonaktifkan komponen racunnya.
3. Kamboja Jepang (Adenium obesum)
Kamboja Jepang secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Adenium obesum. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanama ini populer dengan nama desert rose. arena kemiripannya dengan miniatur pohon kamboja dan popularitasnya dalam bonsai, tanaman ini kemudian juga dikenal sebagai kamboja Jepang (Japanese frangipani).
Kamboja Jepang merupakan tanaman kecil dengan daun lebar yang selalu hijau. Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketinggian yang mencapai 2,7 meter dengan lebar 91 cm.
Ciri utama pada tanaman ini terletak pada batang tebalnya yang gemuk dan berwarna hijau pucat. Daun - daunnya yang berwarna hijau dengan bentuk yang lonjong tersusun secara spiral pada batangnya. Kamboja Jepang menghasilkan kelompok bunga berbentuk lonceng dengan variasi warna merah muda, merah, dan putih.
Spesies adenium Obesum atau kamboja Jepang dapat mengeluarkan lateks beracun yang digunakan secara luas di Afrika sebagai racun yang dibalurkan pada ujung panah oleh masyarakat Swahili. Walaupun diketahui memiliki toksisitas yang tinggi, tanaman kamboja Jepang juga diyakini memiliki sifat antikanker, antivirus, antibakteri dan anti oksidan. Rebusan akarnya digunakan untuk mengobati penyakit kelamin dan rinitis sedangkan esktrak dari akar atau kulit batangnya dikatakan mampu mengobati penyakit kulit dan membunuh kutu (Find Trees & Learn | University of Arizona Campus Arboretum, 2021).
Adapun sumber lain menyebutkan bahwa lateksnya yang beracun dapat menyebabkan dermatitis kontak. Seluruh bagian dari spesies ini beracun dan dapat memberikan efek terhadap tubuh seperti mual, muntah, diare, anoreksia, depresi detak jantung tidak terartur dan kemungkinan kematian (Adenium Obesum (Desert Azalea, Desert Rose, Impala Lily, Kudu Lily, Mock Azalea, Sabi Star) | North Carolina Extension Gardener Plant Toolbox, 2024).
4. Widuri/Biduri (Calotropis gigantea)
Widuri atau Biduri secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Calotropis gigantea. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal dengan nama crown flower atau giant milk weed.
Biduri merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi yang dapat mencapai hingga 4 meter. Batangnya tegak, bercabang, silindris, padat dan mengandung getah berwarna putih susu. Daun biduri berupa daun tunggal, saling berhadapan, berbentuk bulat telur dengan ujung tumpul dan pangkal berlekuk, serta tepi daun rata. Daun berwarna hijau keputih-putihan, berukuran panjang 8 hingga 30 cm dengan lebar 4 sampai 15 cm. Bunga Biduri majemuk dengan bentuk payung yang tumbuh di ujung ranting (terminal) atau di ketiak daun.
Tumbuhan biduri dikatakan beracun dengan beberapa bagian dari tanamannya yang memiliki kandungan racun dan dapat memberikan efek samping apabila dikonsumsi oleh manusia. Biduri atau Caloptris dapat dinyatakan sebagai racun akut yang dapat menyebabkan kematian. Batang, cabang, dan daunnya yang dipotong, dihancurkan, atau diiris akan menghasilkan lateks berwarna putih susu, yaitu sari asam yang disebut sari madar oleh masyarakat lokal di India.
Kecerdasan manusia primitif melalui pengamatannya telah menghasilkan pengetahuan bahwa hewan secara intuitif akan menghindari tumbuhan tertentu. Pengetahuan tersebut kemudian telah mengantarkan metode berburu yang lebih cepat dan mudah pada manusia purba. Mereka akan mengoleskan ujung anak panah dengan sari dari tanaman - tanaman beracun yang diantaranya juga termasuk dari spesies Caloptris untuk dapat membunuh hewan secara lebih praktis (Anil Aggrawal, 2005).
Dalam sebuah tulisan yang telah dipublikasikan Gupta (2018) menyatakan bahwa bagian yang dinyatakan beracun pada tumbuhan biduri antara lain batang, cabang, daun, dan getah putih susunya (sari madar). Prinsip toksik utama dari tumbuhan ini adalah uscharin, calotoxin, calotropin, dan gigantin.
Gejala toksik lokal dari biduri yaitu dapat menimbulkan lesi yang menyerupai memar pada kulit (yang kemudian dapat disebut sebagai cedera buatan) yang terkadang dapat menyebabkan pembentukan pustula dan vesikel. Jus atau sarinya jika dimasukkan ke dalam mata atau terkena mata dapat menyebabkan konjungtivitis parah.
Sedangkan secara sistematik melalui rasanya yang pahit tumbuhan ini dapat menghasilkan rasa sakit yang membakar di tenggorokan, air liur, mual, muntah, dll. Diikuti dengan diare, sakit perut, midriasis, kejang tetanik, delirium, kolaps, dan kematian.
Daftar Pustaka
---. "Ipomoea Carnea Subsp. Fistulosa." Flora & Fauna Web, 10 Aug. 2022, www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/1/4/1429. Accessed 6 Aug. 2023.
Advent Simamora, I., Gustiar, F., Zaidan, Z., & Irmawati, I. (2022). Potensi Chaya (Cnidoscolus aconitifolius) sebagai Sumber Sayuran Kaya Gizi bagi Masyarakat Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal Ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022 "Revitalisasi Sumber Pangan Nabati Dan Hewani Pascapandemi Dalam Mendukung Pertanian Lahan Suboptimal Secara Berkelanjutan," 2963--6051.
Adenium obesum (Desert Azalea, Desert Rose, Impala Lily, Kudu Lily, Mock Azalea, Sabi Star) | North Carolina Extension Gardener Plant Toolbox. (2024). Ncsu.edu. https://plants.ces.ncsu.edu/plants/adenium-obesum/
Anil Aggrawal. (2005). HISTORY OF TOXICOLOGY. Elsevier EBooks. https://doi.org/10.1016/b0-12-369399-3/00193-2
Find Trees & Learn | University of Arizona Campus Arboretum. (2021). Arizona.edu. https://apps.cals.arizona.edu/arboretum/taxon.aspx?id=1228
Gupta, P. (2018). Poisonous plants. Elsevier EBooks, 309--329. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-813213-5.00011-0