Sejarah Awal Pembudidayaan dan Penyebaran Pisang

Pisang banyak dikatakan oleh para ahli hortikultura sebagai salah satu atau mungkin merupakan tanaman buah kuno tertua di dunia. Sebuah petunjuk yang ditulis oleh ahli etno-geografi C.O. Sauer dalam tulisan ilmiah yang ditulis oleh Prof. Edmond De Langhe memperlihatkan perhatian terhadap fakta bahwa beberapa nelayan di Asia Tenggara menggunakan batang semu dari tanaman pisang yang kering sebagai serat untuk mengikat batang bambu hingga menciptakan sejenis rakit yang digunakan untuk memancing di sepanjang pantai. Penyebaran vegetasi pisang di dekat pedesaan merupakan sarana penyediaan yang sederhana dari sumber materi ini.
Setelah ribuan tahun yang panjang, perbanyakan dan penyebaran vegetasi ini pada akhirnya menghasilkan buah berdaging dan tanpa biji yang menarik untuk dijadikan sumber makanan. Praktek ini juga dikatakan bertanggung jawab atas sterilisasi benih pada banyak tanaman kultivar.
Jika istilah 'tanaman' merujuk pada tanaman yang bisa ditanam untuk penghidupan, maka pisang raja dan pisang diploid yang dapat dimakan yang berasal dari ribuan tahun lalu mungkin adalah tanaman buah pertama di dunia. Terutama ketika aktivitas berburu dan berkumpul masih menjadi sarana utama dalam pengadaan makanan.
Penamaanya sebagai banana secara internasional dimulai setelah penyebarannya yang dilakukan oleh para saudagar Arab. Pisang asli yang berasal dari Asia Tenggara berukuran kecil dengan ukuran kira-kira sepanjang jari orang dewasa. Hal ini menyebabkan para pedagang Arab dari benua Afrika memberi nama pada buah pisang berdasarkan kata Arab untuk jari, yaitu "bana'an"(Australian Bananas). kemudian bana'an diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi banana.
Penamaan genus Musa diciptakan oleh Carl Linnaeus pada tahun 1753 masehi. Kemungkinan besar namanya berasal dari Antonius Musa, seorang fisikawan era kaisar Augustus atau merupakan adaptasi dari kata mauz dalam bahasa Arab.
Asal dan Sejarah Awal Pembudidayaan
Pisang diyakini berasal dari wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian Timur seperti Papua, hutan - hutan di Malaysia atau Filipina.
Ada sebuah keyakinan yang pasti bahwa populasi pemburu dan pengumpul yang menetap di Indonesia dan Melanesia pada sekitar 60.000 tahun yang lalu, suatu bangsa yang tidak takut untuk berlayar jarak jauh hingga mencapai Papua Nugini dan Australia merupakan populasi yang pertama kali membudidayakan pisang raja (plantain). Wilayah ini tepatnya adalah daerah asal pisang diploid yang dapat dimakan dan mungkin pisang raja serta pisang Maia Maoli/Popoulu.
Kemungkinan besar, area tesebut (Papua) merupakan area di mana bangsa Melanesia memulai pertanian keliling dengan metode perbanyakan talas dan pisang secara liar. Aktivitas ini kemudian mengarahkan pada domestikasi tanaman pisang raja. Namun, pisang jenis Maia Maoli/Popoulu tidak ditemukan di wilayah Indonesia Barat yang mana merupakan daerah di mana pisang raja dibudidayakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pisang Maia Maoli/Popoulu adalah pisang asli dari wilayah Asia Pasifik.
Telah diketahui pula bahwa orang - orang Melanesia telah mengembangkan dan menumbuhkan tanaman pisang jenis Maia Maoli/Popoulu yang diperbanyak pada 30.000 tahun yang lalu (De Langhe, 1995).
Para arkeolog banyak memusatkan perhatian pada lembah Kuk di Papua Nugini pada sekitar tahun 8.000 SM sebagai daerah tempat manusia pertama kali membudidayakan pisang. Selain itu, meskipun ini merupakan lokasi domestikasi pisang pertama yang diketahui, proyek domestikasi spontan lainnya mungkin juga terjadi di wilayah Asia Tenggara lainnya dan di Pasifik Selatan (UC Santa Cruz).
Julie Sardos, seorang ilmuan sumber daya genetik di Alliance of Bioversity International mengatakan bahwa sekitar 7000 tahun yang lalu, pisang bukanlah buah tanpa biji dan berdaging seperti yang kita kenal sekarang. Perbedaanya yang paling mencolok adalah dagingnya yang berisi banyak biji hitam dan hampir tidak bisa dimakan. Orang - orang pada zaman dahulu hanya dapat memakan bunganya dan umbi - umbiannya yang berada di bawah tanah (Pennisi, 2022).
Asal - usul orang yang berbahasa Austronesia dapat ditelusuri dari Taiwan yang kemudian banyak penduduknya pindah ke Filipina lalu ke timur Indonesia pada sekitar 5500 tahun yang lalu. Mereka membawa pula keterampilan hortikultura yang mereka miliki. Satu milenium atau seribu tahun kemudian, satu atau beberapa kelompok orang - orang tersebut berlayar ke arah timur dan mendirikan koloni di sepanjang pantai utara Papua Nugini, tepatnya di kepulauan Bismarck dan Solomon.
Dalam pengembaraannya, bangsa Austronesia datang dan berhubungan dengan penduduk asli Filipina, Indonesia, Papua Nugini dan Melanesia, dari siapa mereka belajar caranya untuk membudidayakan tanaman seperti talas dan pisang (De Langhe, 1995).
Sejarah Penyebaran Pisang
Sebuah catatan berbahasa Sankrit yang ditulis pada tahun 500 SM merupakan catatan tertua dan yang pertama menyebutkan tanaman pisang. Catatan lain dari masa Yunani kuno tentang kampanye Alexander di India pada tahun 327 SM menggambarkan pisang dan orang Arab yang sudah lama dan tidak asing lagi dengan pohon pisang. Pada masa tersebut orang - orang di India menyebutnya sebagai pala. Bangsa Romawi juga menggunakan nama ini dan Pliny the Elder mengacu pada pala dalam karyanya yang berjudul Natural History (sejarah alam).
Dari sekitar abad ke-5 sampai abad ke-15, dan mungkin lebih awal lagi ketika Samudera Hindia dinavigasikan oleh para pedagang dari Arab, Persia, India dan Indonesia, varietas pisang dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan India melalui jalur perdagangan tersebar ke wilayah pesisir Samudera Hindia. Varietas tersebut secara umum merupakan campuran kombinasi genom yang termasuk Merah (AAA), Sutra dan Prata (AAB), Pisang Awak (ABB), dan bahkan AA dan AB, serta beberapa pisang raja. Pada Abad Pertengahan pula, pisang dianggap sebagai buah terlarang di surga sebagaimana disebutkan dalam Alkitab dan Al -Qur'an, oleh kedua umat Islam dan umat Kristiani (De Langhe, 1995).
Kemudian dari abad ke-16 hingga ke-19 masehi Portugis dan Spanyol membawa pisang ke seluruh wilayah tropis Amerika. Para pedagang dari Belanda, Inggris, Perancis dan Jerman juga berperan dalam pendistribusian dari kultivar pisang populer 'Gros Michel' dan kelompok Cavendish ke Afrika Barat, Amerika Latin dan Karibia.
Bahan lain yang dapat dijadikan rujukan mengenai sejarah pisang terutama di Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk relief pada candi Borobudur. Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah merupakan candi Buddha yang dibangun pada sekitar tahun 800 Masehi pada masa dinasti Syailendra oleh Raja Samaratungga ketika ia memimpin kerajaan Mataram Kuno. Motif hias pohon pisang yang terpahat pada relief Candi Borobudur umumnya dipahat secara utuh dan detail mencakup batang, dahan, daun, dan buah. Daunnya melebar dan memanjang yang tersusun secara bertumpuk dan buah pisang tersusun dalam tandan keluar dari pangkal pohonnya (Borobudur, 2017).
Daftar Pustaka
De Langhe, Edmond. "Banana and Plantain: The Earliest Fruit Crops?" INIBAP Annual Report 1995, 1996, pp. 6--8. www.musalit.org/seeMore.php?id=6827.
Australian Bananas. "Australian Bananas - All About Bananas - the Banana Story." Australian Bananas, australianbananas.com.au/Pages/all-about-bananas/the-banana-story. Accessed 1 Sept. 2023.
UC Santa Cruz. "The History of the Banana: Ancient Origins to the 1800s." UC Santa Cruz, humwp.ucsc.edu/cwh/bananas/Site/Early%20History%20of%20the%20Banana.html. Accessed 1 Sept. 2023.
Pennisi, Elizabeth. "Researchers Have Gone Bananas Over This Fruit's Complex Ancestry." Science, 14 Oct. 2022, www.science.org/content/article/researchers-have-gone-bananas-over-fruit-s-complex-ancestry. Accessed 1 Sept. 2023.
Borobudur, Balai Konservasi. "Pisang." Balai Konservasi Borobudur, Dec. 2017, kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/pisang.