Tanaman padi terutama yang banyak dibudidayakan di wilayah Asia secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Oryza sativa. Secara internasional dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Asian rice.
Padi merupakan tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh hingga 50 sampai 130 cm dengan batang yang tegak dan gundul serta terdiri atas gugusan dan ruas (NParks | Oryza Sativa, 2021). Setiap gugusannya menghasilkan satu daun.
Secara garis besar padi terbagi atas tiga sub spesies yaitu O. indica, O. japonica dan O. glaberrima. Tanaman padi di Indonesia merupakan tanaman species yang termasuk ke dalam varietas O. japonica dengan karakteristik utama berupa butir berasnya yang lebih pendek dan cenderung lengket.
Daerah lokasi di mana pembudidayaan pertama terhadap tanaman padi hingga kini masih menjadi perdebatan. Namun, beberapa peneliti meyakini bahwa padi pertama kali dibudidayakan di daerah Cina ribuan tahun yang lalu dengan genetika transisi dari tumbuhan padi liar (O. rufipogon dan O. nivaara) ke padi hasil budidaya (O. sativa).
Hingga kini masih dipercayai bahwa pembudidayaan padi dimulai di lembah sungai Yangtze di bagian timur China berdasarkan penemuan butiran yang telah berusia 8000 tahun pada sebuah situs arkeologi di daerah tersebut. Meskipun begitu, sebuah tim yang dikepalai oleh Bin Han, seorang ahli genetika di Institute Ilmu Biologi Shanghai (Shanghai Institute for Biological Sciences) dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina ( Chinese Academy of Sciences) pada tahun 2012 mengajukan bukti lain bahwa padi pertama kali dibudidayakan di lembah Sungai Mutiara atau Pearl River valley di bagian selatan Cina (Callaway, 2014).
Penemuan tersebut didasarkan pada perbandingan antara sub spesies indica dan japonica yang memiliki relasi yang lebih dekat dengan varietas liar yang tumbuh di daerah lembah Sungai Mutiara. Walaupun begitu tidak terdapat bukti arkeologi yang dapat mendukung penemuan tersebut karena masyarakat setempat pada zaman dahulu hidup dalam kemiskinan hingga tidak mampu menyimpan beras dalam jumlah banyak tidak seperti penduduk lembah Sungai Yangtze yang lebih kaya. Penduduk lembah Sungai Yangtze pada umumnya merupakan para pemburu-pengumpul yang mencoba bercocok tanam padi dan kebanyakan memakan biji ek, kastanye dan ikan.
Sementara itu, dua kelompok utama padi, Hsien dan Keng telah dikenal di Cina setidaknya sejak dinasti Han pada tahun 1800 masehi. Masing - masing dari dua kelompok utama padi tersebut sesuai dengan sub spesies indica dan japonica (Sweeney & McCouch, 2007). Secara umum, kedua kelompok ini dapat dibedakan berdasarkan bentuk butir dan kandungan amilosanya di mana butir indica biasanya lebih panjang sedangkan butir japonica memiliki kandungan amilosa yang rendah, sehingga lengket setelah dimasak serta beberapa karakteristik agroekologi seperti japonica yang memiliki sifat toleransi terhadap temperatur yang dingin.
Varietas padi dari sub spesies japonica merupakan jenis padi yang kemudian secara tradisional menjadi tanaman budidaya yang banyak dibudidayakan di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara sementara itu jenis padi indica dan aromatik yang termasuk tipe Basmati banyak dibudidayakan secara tradisional di daerah sub kontinen India atau Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh dan Sri Lanka. Kekhasan pada varietas jenis aromatik ada pada wangi yang terdapat pada butiran berasnya. Catatan tertulis paling awal tentang beras yang kemungkinan termasuk dalam kelompok aromatik berasal dari teks Sansekerta Susruta Samhita bertanggal sekitar 400 SM (Civáň et al., 2019). Varietas padi sub spesies indica sendiri pertama kali dibudidayakan pada sekitar 8500 - 4500 tahun yang lalu di sungai Gangga (Purugganan & Fuller, 2009).
Di Afrika Barat, padi liar O . barthii didomestikasi secara mandiri ke dalam padi Afrika O. glaberrima pada sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan di Amerika Selatan berdasarkan studi arkeologi menunjukan bahwa peristiwa domestikasi independen terhadap padi atau beras terjadi pada masa pra-Columbus, namun spesies tanaman ini kemudian tidak lagi dibudayakan (Jae Young Choi et al., 2019).
Perjalanan pendistribusian budidaya tanaman padi di Indonesia dimulai dari Cina bagian selatan menuju Indonesia melalui Taiwan dan Filipina bagian utara yang melibatkan penanaman rawa lokal dan perladangan berpindah lahan kering. Kemudian sebagian besar perladangan berpindah ketika populasi penutur bahasa Austronesia berpindah melalui Filipina ke zona khatulistiwa dan menuju Indonesia bagian timur. Hal ini terjadi pada sekitar tahun 2000 - 1500 sebelum masehi yang ditandai dengan terjadinya penyebaran permukiman Neolitik. Namun produksi padi secara bertahap hilang dan digantikan oleh umbi - umbian dan buah - buahan di wilayah Indonesia bagian timur karena kondisinya yang cenderung lebih lembab. Penanaman padi basah baru dimulai setelah tahun 500 sebelum masehi di wilayah Jawa dan Bali terutama di lingkungan lanskap vulkanik di mana terasering dapat dibangun (Bellwood, 2011).
Relief pada candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 masehi juga turut menggambarkan lumbung dan tanaman padi yang terserang penyakit sampar tikus. Relief tersebut merupakan salah satu bukti fisik yang menjelaskan sejarah panjang keberadaan tanaman padi di Indonesia.