Girang/Mali - Mali (Leea indica)

Identitas Penamaan
Girang secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Leea indica. Secara internasional dalam bahasa Inggris tumbuhan ini populer dengan nama bandicoot berry. Di Indonesia, selain populer dengan nama girang, tumbuhan ini juga populer dengan sebutan nama mali - mali.
Nama Latin dari genusnya, Leea merujuk pada James Lee (1715 - 1795) yang merupakan seorang tukang kebun. Nama spesifiknya indica, mengacu pada India yang mana merupakan salah satu negara dalam cakupan persebaran tanaman - tanaman dalam genus Leea (NParks | Leea Indica, 2023).
Di India, dalam bahasa Sanskrit, girang dikenal dengan nama chhatri dan hastipalash dalam bahasa Hindi. Di Malaysia, girang dikenal dengan nama huo tong shu. Di Singapura, girang selain dikenal dengan nama bandicoot berry juga dikenal dengan nama jolok - jolok atau merbati padang.
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
---|---|
Phylum | Spermatophyta |
Class | Magnoliopsida |
Order | Vitales |
Family | Vitaceae |
Genus | Leea |
Species | Leea indica |
Asal
Girang atau mali - mali berasal dari wilayah Asia Tengara, Asia Selatan, Asia Timur, Oseania dan Kepulauan Pasifik. Tumbuhan ini terutama banyak tersebar di India, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh, Kepulauan Andaman dan Nikobar, Thailand, Indochina, Cina bagian selatan, Malaysia, Singapura, seluruh wilayah Indonesia termasuk Sumatera dan Kalimantan hingga Papua, Australia bagian utara, Kepulauan Solomon, Vanuatu dan Fiji.
Deskripsi Bentuk dan Habitat
Girang merupakan tumbuhan semak atau pohon kecil Angiospermae atau tanaman berbiji berbunga yang dapat tumbuh dengan ketinggian yang mencapai hingga 6 sampai 15 meter. Daun - daun pada tumbuhan ini tumbuh secara berseling dan bertangkai dan memiliki panjang 45 - 60 cm.
Buahnya memiliki lebar 5 - 15 mm dan berisi hingga 6 biji. Berwarna hitam keunguan ketika matang. Sedangkan bunganya yang berwarna putih kehijauan merupakan bunga biseksual yang muncul pada pucuknya yang berbunga dan bercabang.
Girangnya umumnya tumbuh di daerah tropis terutama kawasan basah hutan hujan, pengunungan, hutan pesisir, hutan rawa air tawar dan padang rumput serta pada lahan belukar.
Untuk tumbuh dengan baik, tumbuhan girang menyukai kondisi tanah yang lembab, subur dan memiliki sistem drainase yang baik. Metode yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tumbuhan girang dapat dilakukan melalui penaburan benih atau pemotongan batang.
Manfaat Girang bagi Kesehatan dan Kegunaan Lainnya
Girang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal pada berbagai pengobatan tradisional di Asia. Berdasarkan penelitian ilmiah diketahui bahwa ekstrak air yang di dapat dari daun girang mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, tannin, alkaloid dan saponin. Adapun kandungan flavonoid yang terkandung pada ekstrak tersebut memiliki peran sebagai antiinflamasi yang dapat membantu menurunkan jumlah leukosit pada tubuh (Afkur Mahesa Nasution et al., 2017). tidak hanya memiliki efek antiinflamasi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nidyaletchmy Subba Reddy et al. pada tahun 2012, juga ditemukan bahwa ekstrak air yang didapat dari daun girang juga memiliki sifat antioksidan.
Tidak hanya sampai di situ, girang juga memiliki beberapa kandungan bioaktif lainnya. Seperti antimikroba, sitotoksik, penghambat enzim, anagesik, hepatoprotektif, hipoglikemik, hipolipidemik dan aktivitas antidiare (Prashith Kekuda et al., 2018).
Secara tradisional, girang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan untuk membantu menyembuhkan nyeri badan, luka sayat, demam, vertigo, diare, disentri, diabetes, kencing manis serta pengobatan luka. Pucuknya yang direbus telah banyak digunakan untuk mengobati luka. Sakit badan, demam dan susah tidur dipercayai bisa dapat disembuhkan dengan cara memukul tubuh dengan pucuk daunnya. Sedangkan akarnya dianggap memiliki sifat antipiretik dan dapat membantu mengeluarkan keringat yang kemudian dimanfaatkan untuk meredakan kolik, diare, disentri dan nyeri otot (NParks | Leea Indica, 2023).
Lokasi
Daftar Pustaka
ACIR Community. (2024). Usda.gov. https://acir.aphis.usda.gov/s/cird-taxon/a0u3d000000UQe9AAG/leea-indica
Afkur Mahesa Nasution, Mt. Kamaluddin, & Theodorus Theodorus. (2017). Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Daun Mali-mali (Leea indica) Terhadap Jumlah Leukosit Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 49(3), 110--117. https://doi.org/10.36706/mks.v49i3.8507
Nidyaletchmy Subba Reddy, Suerialoasan Navanesan, Saravana Kumar Sinniah, Norhanom Abdul Wahab, & Kae Shin Sim. (2012). Phenolic content, antioxidant effect and cytotoxic activity of Leea indica leaves. BMC Complementary and Alternative Medicine, 12(1). https://doi.org/10.1186/1472-6882-12-128
NParks | Leea indica. (2023). Translate.goog. https://www-nparks-gov-sg.translate.goog/florafaunaweb/flora/2/1/2191?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Prashith Kekuda, T. R., Raghavendra, H. L., Bharadwaj, N. A., & Akhilesha, S. (2018). Traditional uses, chemistry and pharmacological activities of Leea indica (Burm. f.) Merr. (Vitaceae): A comprehensive review. International Journal of Green Pharmacy, 12, 71--80. https://greenpharmacy.info/index.php/ijgp/article/viewFile/1602/826